IHSG Ditutup Jatuh di Bawah Level 7.000, Tertekan Eskalasi Perang Israel-Iran
- ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Jakarta, VIVA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot semakin dalam. IHSG tercatat melemah 1,96 persen atau 139,15 poin dan ditutup pada level 6.968,64 pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025.
Berdasarkan data Stockbit, pergerakan IHSG terpantau berada di kisaran area 6.935-7.115. Dengan nilai transaksi di pasar reguler mencapai Rp 13,05 triliun.
Seluruh sektor saham mengalami koreksi signifikan di atas 1 persen. Sektor transportasi anjlok 3,84 persen, sektor material dasar tergerus 3,76 persen, sektor teknologi amblas 2 persen, sektor energi menyusut 1,78 persen, hingga sektor consumer non primer kehilangan 1,67 persen.
Phintraco Sekuritas menilai koreksi tajam IHSG karena tertekan sentimen negatif dari potensi eskalasi perang Israel-Iran. Pasar khawatir bahwa perang ini dapat meluas dan melibatkan lebih banyak negara, khususnya beberapa negara besar yang mendukung baik Israel maupun Iran.
"Kondisi ini akan meningkatkan kompleksitas dari perang ini yang berpotensi mempersempit ruang perdamaian," demikian keterangan dalam risetnya, Kamis, 19 Juni 2025.
Konflik Israel-Iran berdampak langsung pada terganggunya rantai pasokan sejumlah komoditas energi, khususnya minyak dan gas yang memicu lonjakan harga pada kedua komoditas tersebut. Seiring kenaikan harga energi, risiko inflasi meningkat sehingga ruang bank-bank sentral, khususnya The Fed untuk memangkas suku bunga acuan di sisa tahun 2025 semakin sempit padahal ekonomi Amerika Serikat membutuhkan stimulus.
"Hal-hal tersebut kembali membangun kekhawatiran terhadap risiko resesi di AS yang tentunya akan berdampak negatif ke ekonomi global," lanjut keterangan riset Phintraco Sekuritas.
Khusus Indonesia, Phintraco melihat beberapa saham juga terindikasi mengalami profit taking signifikan di samping dampak negatif dari sentimen eksternal di atas. Pelaku pasar nampaknya memanfaatkan sentimen perang tersebut sebagai validasi untuk melakukan sell-off.
Layar monitor pergerakan saham dan IHSG
- VIVA/Muhamad Solihin
Berdasarkan pantauan VIVA, saham PT Bank Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatatkan aksi jual dari investor asing (net sell) paling tinggi, yakni sebesar Rp 433,3 miliar. Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) juga membukukan penjualan dari investor asing mencapai Rp 122,06 miliar.
Sejumlah saham ikut rontok sejalan dengan penutupan IHSG yang jatuh ke bawal level 7.000. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusut 3,55 persen atau 140 poin menjadi 3.800 lalu saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyusut 6,20 persen atau 220 poin ke level 3.330. Emiten yang dikendalikan Prajogo Pangestu, yaitu saham TPIS ikut terjun 5,33 persen atau 550 poin menjadi 9.775.
Lebih lanjut, Phintraco Sekuritas melaporkan tiga saham yang mencetak lompatan harga drastis (top gainers) di papan utama perdagangan diantaranya:
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC)
Saham MEDC melesat 2,47 persen atau 35 poin dan ditutup pada level 1.450.
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)
Meskipun saham AMMN diterpa aksi jual dari investor asing tetapi berhasil membukukan hasil positif. Saham AMMN meningkat 1,28 persen atau 100 persen ke level 7.900.
PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL)
Hasil positif juga dicatat saham EXCL sebesar 0,45 persen atau 10 poin menjadi 2.230.