Melukis Warna di Kampung Pelangi Semarang

- U-Report
VIVA.co.id – “Boleh saya ikutan nglukis, Pak?” Iseng saya bertanya. Sudah berlelah-lelah saya naik lagi, sepertinya hari itu bakalan menarik kalau saya melakukan sesuatu. “Mbaknya bisa nglukis?” Tanyanya.
Saya tertawa. Dibilang bisa, ya tidak. Tapi setidaknya saya pernah iseng belajar melukis. “Saya cuma pengen meninggalkan kenangan di tempat ini saja, Pak,” ujar saya. Namun yang pasti, ucapan barusan berhasil membuat si bapak begitu rela cakruknya saya corat-coret, bahkan ia mengeluarkan lagi dua cat warna lain.
Satu celupan kuas warna ungu saya mulai menggoreskan bentuk lingkaran di cakruk. Satu celupan dengan warna merah saya gores dengan bermula pusat di tengah lingkaran, lalu saya tarik keluar memutar setengah lingkaran hingga menuju ke tengah lagi. Baru beberapa goresan, saya langsung sadar akan sesuatu.