- VIVAnews/Marco Tampubolon
VIVAnews - Kehadiran pemain asing membuat prestasi sepak bola di Tanah Air semakin terpuruk. Hal itu disampaikan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang juga mantan manajer PSM Makassar Erwin Aksa pada acara nonton bareng Belanda kontra Denmark dengan wartawan di Jakarta, tadi malam, Senin 14 Juni 2010.
“Saya kira kehadiran pemain asing harus dikaji kembali apakah benar-benar membuat pemain lokal menjadi berkembang atau tidak,” kata Erwin yang saat ini menjabat komisaris PSM Makassar.
Erwin, yang pernah membesut Ponario Astaman dan mendatangkan pemain asing Christian Gonzales ini mengatakan, tujuan mendatangkan pemain asing pada musim kompetisi di Tanah Air tidak lain agar pemain-pemain lokal bisa terangkat. Namun faktanya, pemain-pemain lokal tidak bisa bertumbuh menjadi tim nasional PSSI yang tangguh dan berprestasi.
Hal ini, menurut Erwin, disebabkan jumlah pemain asing terlalu banyak dan rata-rata menempati posisi penyerang (striker) sedangkan pemain lokal rata-rata sebagai pemain belakang. “Untuk striker lokal cuma cadangan. Jadi kapan dia bermain. Tidak pernah dia berlatih,” tambah Erwin.
Untuk itu, klub-klub harus memberi porsi yang cukup buat pemain lokal, khususnya buat posisi striker. "Jadi kehadiran pemain asing tidak hanya membuat prestasi PSSI jeblok," katanya.
Dia juga mengatakan, jumlah klub saat ini sudah terlalu banyak. Hal itu membuat anggaran semakin tersebar dan tidak bisa dikelola optimal oleh PSSI. Kualitas lapangan sepak bola juga ikut membuat permainan pemain lokal tidak bisa berkembang.
“Lapangan kita itu sangat tidak berkualitas, akibatnya pemain tidak bisa melakukan passing atau crossing. Rata-rata pemain kita bermain bola di atas, padahal kita ada masalah dengan postur pemain yang rata-rata masih pendek,” tambah dia.
Erwin juga melihat pentingnya keterlibatan negara dalam pembinaan sepak bola. “Negara-negara yang sepak bolanya maju rata-rata awalnya ada peran negara di sana. Belum bisa dilepas kepada peran masyarakat semata,” kata Erwin.