- ANTARA FOTO/Putra Haryo Kurniawan
VIVA – Jebloknya prestasi Timnas Indonesia U-23 sebenarnya mengingatkan kita pada kisah Indra Sjafri saat menangani Timnas U-19, pada 2013 hingga 2014 lalu. Tragedi pada 2014 lalu itu, memiliki jalan serupa dan bak deja vu bagi Indra bersama Timnas.
Di 2013, Indra masih menangani Timnas U-19. Pamornya meningkat pesat karena mampu membawa Timnas U-19 juara Piala AFF.
Beberapa bulan kemudian, Indra menemani Timnas U-19 berlaga di kualifikasi Piala Asia. Nasib mereka memang lebih mujur kala itu.
Timnas U-19 berhasil lolos ke putaran final Piala Asia di Myanmar. Sayangnya, di Myanmar 2014 lalu, mereka melempem dan gagal memenuhi impian tampil di Piala Dunia U-20.
Insiden yang hampir serupa terjadi di 2019. Setelah Indra juara Piala AFF bersama Timnas U-23, kegagalan dialaminya.
Kali ini, lebih apes. Indra gagal mengantarkan Timnas U-23 ke Piala Asia. Di kualifikasi pun, Timnas U-23 tak berdaya.
Garuda Muda dua kali kalah, dari Thailand dan Vietnam. Lima gol bersarang di dua laga pembuka. Tragisnya, tak ada gol yang mampu dicetak Timnas U-23 dalam dua laga tersebut.
Harapan cetak gol hanya di laga terakhir melawan Brunei Darussalam. Tapi, kemenangan atas Brunei tak lagi memiliki arti. Sebab, harapan Timnas U-23 ke Piala Asia memang sudah mati. (one)