Simon Tak Mau Panggil Sandy Walsh ke Timnas untuk Puaskan Netizen

Pemain SV Zulte-Waregem, Sandy Walsh
Sumber :
  • instagram/@sandywalsh

VIVA – Sejak mendapatkan mandat menjadi pelatih Timnas Indonesia pada Desember 2018, Simon McMenemy, mengaku sering mendapatkan rekomendasi pemain dari suporter melalui media sosial. Tujuannya, supaya Simon dapat melihat dan mengukur kemampuan pemain tersebut untuk dimainkan ketika skuat Garuda berlaga di ronde kedua kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 2-10 September 2019.

Timnas Indonesia U-23 Mengganas di Piala Asia, Marc Klok: Masa Depan Cerah

Salah satu pemain yang paling sering diajukan suporter adalah Sandy Walsh, pemain klub Belgia, Zulte Waregem, yang memiliki darah Indonesia-Belanda. Sandy pun berkali-kali menunjukkan keinginannya untuk bergabung ke Timnas Indonesia dan berharap segera dinaturalisasi. 

Gayung bersambut, Simon McMenemy mengaku sering berkomunikasi dengan pemain 24 tahun tersebut. Dia juga mengakui bahwa Sandy memiliki kualitas mumpuni. Namun, untuk saat ini Simon lebih mementingkan pemain yang benar-benar bisa memperkuat Timnas Indonesia.

Apa Jadinya Jika Timnas Indonesia U-23 Ketemu Israel di Olimpiade 2024?

"Kami punya komunikasi yang baik, lihat nanti saja. Sekarang saya prioritaskan yang main di sini. Orang berpikir naturalisasi terjadi dengan mudah, padahal prosesnya membutuhkan waktu yang panjang," kata Simon.

Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy (kanan)

Fakta Mengerikan Korea Selatan U-23 Jelang Lawan Timnas Indonesia U-23

Pelatih asal Skotlandia itu menegaskan sangat berhati-hati dalam menentukan pemain yang ada di dalam skuatnya. Dia tak mau memanggil pemain hanya untuk memuaskan warganet atau netizen semata.

"Kami harus yakin soal pemain jangan dari sosial media. Pemain harus fit dalam waktu panjang. Saya bisa panggil semua pemain dari penjuru dunia tapi mereka tak bisa langsung dapat paspor besoknya," tegas mantan pelatih Bhayangkara FC itu.

Belajar dari Thailand dan Filipina

Simon tak mau nasib Indonesia seperti dua negara lainnya yakni Thailand dan Filipina. Dua musuh bebuyutan Timnas Indonesia itu memiliki pemain-pemain berkualitas namun kesulitan untuk membela negara lantaran tidak mendapatkan restu dari klubnya, contohnya Chanathip Songkrasin. 

Pemain klub Liga Jepang, Consadole Sapporo itu tak dapat membela negaranya di Piala AFF 2018 lalu. Karena, turnamen untuk negara-negara Asia Tenggara itu tak masuk dalam kalender FIFA. Begitu juga dengan kiper Filipina yang berlaga di Liga Inggris,  Neil Etheridge.

"Kami harus memastikan segalanya. Tak ada gunanya mendatangkan pemain kalau tak bisa dimainkan," tegas Simon.

Laporan: Robbi Yanto

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya