Mencari Keadilan dalam Gagasan Sistem Baru Liga Champions

Trofi Liga Champions
Sumber :
  • Standard

VIVA – Tak dapat dipungkiri, Liga Champions adalah kompetisi bergengsi yang amat dinanti-nantikan oleh publik dunia. Sejumlah nama tenar dalam dunia sepakbola saling unjuk kemampuan ketika membela klubnya dalam kejuaraan tersebut.

Mikel Arteta Menolak Panik, Yakin Arsenal Bakal Bangkit

Dimulai sejak 1955 silam, klub-klub papan atas dari berbagai negara Eropa menjadi daya tarik tersendiri. Mereka bersaing untuk menjadi yang terbaik mulai dari babak kualifikasi hingga ke final.

Jika dimulai dari babak kualifikasi, total ada 81 klub yang tutur ambil bagian. Daya tarik Liga Champions sekaligus memberi dampak positif dari segi finansial bagi para pesertanya.

Liverpool Tersingkir dari Liga Europa Saat Bayer Leverkusen Melaju ke Semifinal

Itulah mengapa banyak dari mereka berlomba-lomba melangkah sejauh mungkin agar pendapatan juga bertambah. Selain itu, tentu gengsi menjadi raja di Eropa jadi tujuan.

Dikutip dari SportBusiness, Konfederasi Sepakbola Eropa (UEFA) mengadakan pertemuan di Nyon, Swiss pada Rabu 20 Maret 2019 dini hari WIB. Dari berbagai perwakilan lembaga terkait diundang untuk membahas mengenai gagasan sistem baru.

5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?

Alberto Colombo selaku Sekretaris Jenderal Liga Profesional Eropa mengatakan pertemuan ini digelar untuk saling dengar pendapat. Mereka ingin mengetahui apa yang bisa dilakukan UEFA ke depannya.

"Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk dengar pendapat informal untuk memungkinkan berbagi ide dan pandangan tentang kompetisi EUFA pasca 2024. Ini adalah yang pertama dari serangkaian pertemuan di antara pemangku kepentingan," ujarnya, dikutip dari Herald Scotland.

Yang menarik adalah munculnya gagasan menghapus babak kualifikasi. Lalu menggantinya dengan sistem promosi-degradasi seperti yang lazim dalam kompetisi masing-masing negara.

Gagasan promosi-degradasi di Liga Champions dianggap bisa memberi dampak keadilan. Perwakilan dari negara-negara seperti Slovakia, Skotlandia, dan Belanda yang diwakili Edwin van der Sar turut buka suara.

Di balik gerakan meminta perubahan sistem Liga Champions, ada yang menyebut dilakukan secara diam-diam. Beberapa dari mereka bertemu di ruangan lain usai rapat dengan UEFA.

Salah seorang juru bicara UEFA menampik kabar tersebut. Menurut dia, pertemuan adalah hal yang wajar, meski berstatus informal. "Tidak ada rahasia dari pertemuan informal ini."

Alberto menambahkan, justru pertemuan ini memberi dampak positif. Mereka bisa menyusun rencana dan proposal yang tepat sebelum keputusan dibuat.

"Memungkinkan konsultasi seperti ini menjadi terperinci dan tepat dengan tujuan menyusun proposal konkret yang dapat dipertimbangkan dan dianalisis dengan baik sebelum mencapai keputusan," tuturnya.

Menghibur di Akhir Pekan

Gagasan lainnya yang menarik perhatian publik adalah pemindahan jadwal Liga Champions, dari yang biasanya di tengah pekan menjadi Sabtu dan Minggu. Perubahan ini dianggap terlalu radikal.

Mengutip Mirror, beberapa klub Premier League dan Barcelona memberi penolakan. Mereka menganggap pergeseran itu akan memberi dampak negatif kepada klub.

Apalagi pendapatan hak siar dari kompetisi domestik lebih besar ketimbang Liga Champions. Dan pergeseran bisa jadi malah membunuh popularitas kompetisi domestik.

Akan tetapi, Alberto yang memimpin pertemuan memiliki pendapat lain. Menurutnya, jika Liga Champions dimainkan akhir pekan dapat menggaet penonton lebih banyak lagi.

Dan para pendukung akan lebih nyaman dalam mengikuti jalannya kompetisi. Dia memberi bayangan bagaimana pertandingan Liga Champions dibicarakan orang-orang pada Senin pagi saat berada di kantor atau sekolah.

"Rekan-rekan Anda mendukung Arsenal, Manchester United, dan Liverpool. Dan ini adalah persaingan yang ingin kita bicarakan pada Senin pagi," ujar Alberto.

Gagasan sistem baru dalam sebuah kompetisi bukanlah hal baru bagi UEFA. Mereka selalu mencoba berinovasi dalam setiap tingkatan, dan yang paling teranyar adalah UEFA Nations League.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya