- dw
VIVA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyebut, keputusan UEFA untuk memindahkan final Liga Champions 2020/2021 yang mempertemukan dua klub Inggris Manchester City dan Chelsea ke Porto dari Istanbul bersifat politis.
"Beberapa tahun lalu, kami diberi tahu bahwa final akan dimainkan di Turki, tetapi keadaan tiba-tiba berubah ketika dua klub Inggris lolos ke final," kata Erdogan dalam pidatonya yang disiarkan televisi Turki, Rabu 19 Mei 2021.
"Kami memang tidak dapat menghubungi Perdana Menteri Inggris untuk sementara waktu, karena dia menerapkan banyak tekanan pada masalah ini," ucapnya.
Erdogan juga mengeluhkan bahwa pembicaraan Turki dengan UEFA dan pemerintah Inggris tidak mencapai kesepakatan apa pun. Bahkan, UEFA hanya bisa menjanjikan bahwa Istanbul tetap akan menggelar final Liga Champions pada 2023.
Seperti diketahui, UEFA pada pekan lalu telah mengumumkan bahwa final Liga Champions pada 29 Mei mendatang dipindahkan dari Istanbul ke Porto untuk memungkinkan para fans yang berasal dari Inggris bisa berpergian di bawah pembatasan pencegahan penyebaran COVID-19.
Final awalnya dijadwalkan akan digelar di Ataturk Stadium, Istabul, tapi Turki dimasukkan ke dalam 'zona merah' oleh pemerintah Inggris, yang membuat kesempatan para fans ManCity dan Chelsea untuk hadir di hari pertandingan menjadi tidak memungkinkan. Kini, UEFA telah memutuskan untuk memindahkan partai final ke Estadio Do Dragao, Porto.
Sebelumnya, ada diskusi tentang pemindahan final ke Wembley Stadium di London, tapi UEFA mengatakan, upaya yang dilakukan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) dan pihak berwenang tidak mencapai kesepakatan karena aturan karantina.