Spesialis Runner Up, Timnas Indonesia Senasib dengan 5 Tim Ini

Timnas Indonesia runner up Piala AFF 2020.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/FLONA TOBING

VIVA – Timnas Indonesia kembali harus puas dengan catatan runner up di Piala AFF 2020. Skuad Garuda kalah 2-6 dari Thailand secara agregat.

Buang Kutukan 0 Trofi, Harry Kane Harus Bawa Bayern Munich Juara Liga Champions

Ini memperpanjang kutukan runner up Indonesia. Sepanjang sejarah Piala AFF, Indonesia belum pernah menjadi juara.

Raihan terbaik Indonesia adalah enam kali menjadi runner up pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020.

Ini Sosok Wasit yang Pimpin Duel Timnas Indonesia U-23 Vs Australia, Kontroversial Lagi?

Ternyata, bukan Indonesia saja tim yang sering sial dan kerap menjadi runner up. Berikut lima tim yang senasib dengan Indonesia:

1. Timnas Belanda
Disadari atau tidak, kutukan runner up Indonesia seperti warisan dari Timnas Belanda. Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun, sehingga banyak peninggalan dari negara tersebut.

Jadwal Siaran Langsung dan Link Live Streaming Timnas Indonesia U-23 Vs Australia U-23 Malam Ini

Pemain Timnas Belanda merayakan gol ke gawang Gibraltar

Photo :
  • twitter.com/OnsOranje

Indonesia tercatat sebagai negara Asia pertama yang tampil di Piala Dunia. Dengan nama Hindia Belanda, Tim Merah Putih tampil di Piala 1938 Prancis.

Meskipun memiliki banyak pemain berkelas, Belanda belum pernah menjuarai Piala Dunia. Prestasi terbaik Die Oranje adalah tiga kali menjadi runner up pada 1974, 1978 dan 2010.

Di UEFA Nations League 2019, Belanda kembali menembus final. Lagi-lagi, kutukan runner up belum berhenti. Mereka kalah 0-1 dari Portugal di partai puncak.

2. Benfica
Raksasa Portugal, Benfica memiliki hal mistis terkait klub yang sering menjadi runner up di Eropa. Nama mantan pelatih Benfica, Bela Guttmann sering disebut terkait kegagalan Benfica di partai puncak.

Cerita berawal ketika Benfica memenangi Liga Champions --dulu bernama  European Champions Clubs-- dalam dua musim berturut-turut, 1960/61 dan 1961/62. Merasa telah menghadirkan prestasi bagi klub, Guttmann pun meminta kenaikan gaji. Namun, permintaan tersebut kemudian ditolak oleh pihak klub dan menyisakan sakit hati bagi Guttmann.

Pertandingan Benfica vs Barcelona di Liga Champions.

Photo :
  • Twitter/@SLBenfica

Kecewa, pelatih asal Hungaria tersebut pun mengutuk klub yang dibelanya sejak 1959 tersebut. "Dalam 100 tahun, sejak sekarang, Benfica tak akan pernah menjadi juara di Eropa," kata Guttmann dilansir A Bola, yang kemudian meninggalkan As Águias dan melatih Penarol.

Sejak saat itu, prestasi terbaik Benfica di Eropa hanyalah sampai final, baik di level senior maupun Junior. Benfica harus puas menjadi nomor dua Liga Champions pada 1963, 1965, 1968, 1998, 1990.

Di Liga Europa, kutukan ini juga berlaku. Benfica gagal di final 1983, 2013, dan 2014. Sedangkan di UEFA Youth League, Benfica menjadi runner up pada 2014, 2017 dan 2020.

Sampai kapankah kutukan ini berlangsung? Jika mengacu pada pernyataan Guttmann, Benfica baru bisa mengangkat trofi di Eropa pada 2062 atau 40 tahun lagi.

3. Atletico Madrid
Atletico Madrid boleh saja menjadi batu sandungan bagi Barcelona dan Real Madrid dalam memperebutkan gelar LaLiga. Namun, di Eropa Atletico masih harus belajar banyak.

Pemain Atletico Madrid merayakan gol

Photo :
  • Twitter/@Atleti

Tiga kali menembus final Liga Champions, tiga kali juga Atletico harus puas menjadi nomor dua. Los Rojiblancos harus puas tiga kali menjadi runner up pada 1974. 2014 dan 2016.

Dalam dua kesempatan terakhir, mimpi Atletico menjadi juara Liga Champions selalu digagalkan Madrid. Mereka kalah 1-4 pada 2014 lalu kalah lewat adu penalti 3-5 (1-1) pada 2016 silam.

4. Juventus
Juventus merupakan tim tersukses di Italia. Raihan 36 Scudetto Serie A sangat sulit dikejar tim lain.

Pemain Juventus saat melawan AS Roma

Photo :
  • twitter.com/juventusfcen

Namun, di Liga Champions, Juventus lebih sering menjadi pecundang. Dalam sembilan kesempatan ke final, Bianconeri hanya dua kali menjadi juara pada 1985 dan 1996.

Sisanya, Juve harus puas tujuh kali menjadi runner up, di antaranya lima kali secara beruntun. Dalam kesempatan terakhir pada 2017, Bianconeri digasak Real Madrid 1-4 di partai final.

5. AS Roma
AS Roma bisa dibilang sebagai tim paling sial di Serie A. Betapa tidak, raihan runner up mereka jauh lebih banyak dibandingkan gelar Scudetto.

Penyerang AS Roma, Tammy Abraham

Photo :
  • AS roma

Sepanjang sejarah, Roma baru tiga kali merebut Scudetto. 14 kali Giallorossi harus puas dengan catatan runner up Serie A.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya