- en.structurae.de
VIVAnews - Mantan pelatih timnas Filipina Juan Cutillas menyayangkan target Federasi Sepakbola Filipina (PFF) yang ingin masuk Piala Dunia. Menurut Cutillas masih banyak hal yang harus dibenahi oleh Filipina. Termasuk soal pembangunan fasilitas dan rasa nasionalisme bangsanya.
Contoh yang digunakannya adalah saat Filipina lolos ke semifinal Piala AFF 2010 untuk melawan Indonesia. Saat itu The Azkals -julukan Filipina- sebenarnya punya hak meladeni tim Merah Putih di Manila. Namun karena dianggap tidak memiliki fasilitas yang layak, maka laga tersebut dipindah ke tempat netral atau ke kandang lawan.
PFF saat itu setuju untuk pindah ke kandang Indonesia, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Keputusan yang akhirnya jadi faktor penting karena Indonesia didukung 80 ribu suporternya untuk menaklukkan Filipina.
"Sepakbola itu ibarat agama di negara seperti Malaysia, Indonesia, dan Thailand. Malaysia bisa membawa 100 ribu pendukungnya di National Stadium, stadion di Indonesia juga punya kapasitas nyaris 90 ribu suporter," kata Cutillas seperti dimuat PhilStar, Minggu 2 Januari 2011.
"Kita harus bisa membangun fasilitas sendiri, stadion yang bisa dibanggakan," tambahnya.
Dukungan utama sepakbola seperti di Indonesia, kata Cutillas lagi, berasal dari liga yang kuat dan tidak mengandalkan pemain asing yang bisa bebas pergi meninggalkan timnas."Harus ada dukungan kuat dari Pemerintah dan sektor swasta," ujarnya.
The Azkals memang tengah membangun kembali kehidupan sepakbolanya setelah lolos ke semifinal Piala AFF 2010. Didukung oleh sembilan pemain naturalisasi, Filipina sempat punya peluang keluar sebagai juara untuk pertama kalinya. Sayangnya hal itu gagal terjadi dan anak asuh Simon McMenemy ini harus terjungkal dengan agregat 0-2 dari Indonesia.
"Bukannya saya terkesan tidak nasionalis. Tapi coba sekarang kita lupakan dulu bisa lolos ke Piala Dunia. Benar-benar absurd mengira kita punya peluang saat ini," tambah Cutillas.
Ogah Bawel soal Jatah Menteri PAN, Zulhas Pasrah ke Prabowo
Menurut Zulhas, jika ke depan banyak yang hebat maka dipersilakan untuk masuk dan dipilih jadi menteri di kabinet Prabowo-Gibran.
