Ulah Suporter Berbuntut Sanksi

Indonesia Menang
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Ulah suporter yang menyalakan petasan saat Indonesia melawan Bahrain bisa merugikan bagi sepakbola nasional. Berikut adalah sejumlah contoh kasus ulah suporter yang berujung kepada sanksi.

Italia vs Serbia

Contoh kasus teranyar ulah suporter yang menyalakan petasan atau kembang api terjadi saat laga Italia melawan Serbia pada Kualifikasi Piala Eropa 2012 yang berlangsung, 12 Oktober 2010. Ketika itu laga yang berlangsung di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, harus dihentikan saat menit keenam.

Wasit asal Skotlandia Craig Thompson menghentikan pertandingan karena suporter Serbia mengganggu jalannya laga dengan melempar red flare ke tengah lapangan. Alhasil kiper Italia Emiliano Viviano, bek Gianluigi Zambrotta dan Giorgio Chiellini hampir terkena.

Atas aksi suporter tersebut, Federasi Sepakbola Serbia (FSS) terkena getahnya. Konferedasi Sepakbola Eropa (UEFA) menjatuhkan sanksi satu laga tanpa penonton bagi FSS saat menjamu Irlandia Utara, 25 Maret 2011.

FSS juga terancam dua laga kandang tanpa penonton jika dalam masa percobaan selama dua tahun ulah suporter kembali terjadi. Sanksi terhadap FSS juga berupa denda sebesar Rp1,4 miliar.

Ironisnya, meski dianggap menang WO 3-0, Italia tidak luput dari hukuman percobaan satu laga kandang tanpa penonton karena dianggap tidak menerapkan keamanan dengan baik. Federasi Sepakbola Italia (FIGC) juga didenda hingga Rp1,2 miliar.

Sanksi Sinar Laser

Sinar laser biasa digunakan suporter untuk mengganggu pemain lawan. Seperti yang terjadi ketika laga final Piala AFF 2010 antara Indonesia melawan Malaysia. Saat final leg pertama, kiper Markus Haris Maulana menjadi sasaran sinar laser dan sempat enggan bermain karena terganggu dengan sorotan sinar laser.

Contoh kasus lainnya adalah ketika Olympique Lyon melawan Manchester United pada babak 16 besar Liga Champions 2008. Saat itu Cristiano Ronaldo yang masih membela MU menjadi sasaran sinar laser sepanjang pertandingan.

Setelah menerima laporan dari wasit Luis Medina Cantalejo dan match commisioner Jan Damgaard, UEFA akhirnya menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp35 juta karena tindakan suporter yang tidak sportif.

Spanduk Berbau Politis

Gara-gara spanduk yang dibentangkan suporter saat pertandingan, federasi sepakbola suatu negara juga bisa terkena sanksi. Hal itu yang menimpa Federasi Sepakbola Rumania (FRF) ketika menjamu Bosnia-Herzegovina di Bucharest pada lanjutan Grup D Kualifikasi Piala Eropa 2012, 3 Juni 2011.

Di laga tersebut sebuah kelompok suporter Rumania membentangkan suporter yang bertuliskan 'Bebaskan Mladic'. Hal itu merujuk kepada mantan jenderal pasukan Serbia, Ratko Mladic, yang didakwa sejumlah tuduhan, termasuk melakukan pembantaian atas ribuan umat Muslim Bosnia semasa Perang Balkan di dekade 1990an.

Pertandingan Rumania melawan Bosnia berlangsung satu hari setelah Mladic menjalani pengadilan pertamanya di Belanda. Tindakan itu jelas melukai suporter Bosnia yang negaranya dihancurkan oleh Mladic.

UEFA yang melarang adanya tindakan rasis atau slogan politik di dalam stadion, akhirnya menghukum FRF dengan denda sebesar Rp180 juta.

Tragedi Heysel

Tragedi Heysel merupakan salah satu peristiwa terburuk dalam sejarah sepakbola yang melibatkan suporter. Terjadi pada final Liga Champions antara Juventus melawan Liverpool 1985, tepatnya 29 Mei, di Stadion Heysel, Belgia.

Tercatat 39 fans Juventus meninggal dunia dan 600 luka-luka. Kejadian bermula ketika kedua suporter saling ejek sebelum laga dimulai. Satu jam sebelum kick-off, kelompok suporter Liverpool akhirnya memasuki area kelompok suporter Juventus. Ironisnya area yang dimasuki suporter The Reds bukanlah area suporter garis keras Juventus.

Ratusan suporter Juventus berhamburan dan berusaha berlari dari kejaran suporter Liverpool dengan memanjat tembok stadion. Namun, tembok stadion akhirnya rubuh karena tidak kuat menahan beban.

Atas kejadian tersebut, sepakbola Inggris yang sedang masa jaya, harus mengalami kemunduran luar biasa. Seluruh klub sepakbola Inggris dilarang tampil di pentas resmi internasional, kecuali laga persahabatan. Tapi, sanksi tersebut tidak berlaku untuk timnas Inggris.

Hukuman itu berimbas kepada klub-klub seperti Manchester United, Arsenal, Everton, Nottingham Forest, Chelsea dan Tottenham Hotspur. Bahkan Everton, yang saat itu dianggap sebagai klub terbaik di Eropa, gagal bangkit hingga saat ini.

Viral Ramalan Hard Gumay Soal Chandrika Chika: Kurangi Aktivitas yang Banyak Melanggar Aturan

Indonesia Terancam Sanksi

PSSI sendiri saat ini masih menunggu keputusan AFC menyusul tindakan suporter yang menyalakan petasan saat Indonesia melawan Bahrain. Tindakan tersebut sempat menghentikan laga selama 15 menit mulai menit ke-75.

8 Negara dengan Penurunan Tercepat di Asia

PSSI sudah mengirim laporan resmi kepada AFC mengenai pertandingan tersebut. Ketua Umum PSSI Djohar Arifin berharap AFC tidak memberikan sanksi yang berat, pasalnya Indonesia bisa terkena sanksi larangan bermain di kandang saat menjamu Qatar, 11 Oktober mendatang. (adi)

Ari Sigit, cucu mantan Presiden Suharto

4 Perempuan Pernah Jadi Istri Ari Sigit, Suci Winata Masih Setia

Baru-baru ini, Ari Sigit menjadi pusat perhatian di media sosial. Cucu Soeharto itu telah sah menjadi suami dari Suci Winata. Awalnya, perhatian terhadap mereka muncul se

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024