Revolusi Analisis Data yang Membuat Jerman Taklukkan Dunia

Pelatih Jerman, Joachim Loew
Sumber :
  • REUTERS/Benoit Tessier

VIVA.co.id – Jerman menjadi juara Piala Dunia 2014, dengan mengalahkan Argentina di final. Sebelumnya, mereka menghancurkan tuan rumah Brasil dengan skor mencengangkan. Pencatat rekor lima kali juara Piala Dunia dibantai 7-1 oleh Jerman pada 8 Juli 2014 di Estadio Mineirao.

Detik-detik Mengerikan Pemain Timnas Jerman Kena Tendangan Brutal

Pencapaian Jerman merupakan kulminasi, dari proses analisis data yang kemudian jadi maha karya bagi dunia sepakbola. Kisah adaptasi sabermetric ke dalam sepakbola, dimulai dengan satu panggilan telepon dari Juergen Klinsmann, pada seorang profesor dari universitas kecil di Koln.

Dilansir dari Sports Mail, Kamis 9 Juni 2016, usaha mantan pelatih Jerman itu baru berbuah sembilan tahun kemudian, dengan trofi Jules Rimet yang diangkat Philipp Lahm. Klinsmann tidak lagi bersama Der Panzer untuk menikmati hasil kerjanya.

Mengerikan, Jerman Cukur Habis Liechtenstein 9 Gol

Namun, bos timnas Jerman Joachim Loew sangat berutang pada pendahulunya. Klinsmann yang menangani timnas pada 2004, dengan cepat menjalankan ide yang didapat oleh temannya, Billy Beane, seorang eksekutif klub baseball Oakland Athletics, tujuh tahun sebelumnya.

Beane dan timnya sukses dalam menerapkan teori analisis statistik sabermatric, yang kemudian diadaptasi ke dalam film "Moneyball" dibintangi oleh Brad Pitt. Di perempatfinal Piala Dunia 2006, Jens Lehman menyelamatkan dua penalti untuk membantu Jerman menang dari Argentina dalam adu penalti.

Timnas Jerman Ingin Tutup 2021 dengan Catatan Positif

Terungkap kemudian, catatan data yang diberikan tim peneliti dari Koln, dan digunakan Klinsmann untuk melatih skuatnya. Mereka menganalisa kebiasaan pemain lawan dalam mengeksekusi penalti. Riquelme kiri atas, Crespo berlari dari jauh tendangannya ke kanan dan ke kiri jika lari pendek.

Heinze kiri bawah, Ayalah menunggu lama dan lari panjang lalu tendang ke kiri. Messi ke kiri, Aimar lama menunggu tendangan ke kiri. Klinsmann mengandalkan Profesor Juergen Buschmann, untuk menganalisa lawan-lawan Jerman.

Buschmann membentuk satu tim sukarelawan, untuk membantu Klinsmann dan timnas Jerman memenangkan Piala Dunia 2006 sebagai tuan rumah. Analisis data yang mereka gunakan, sangat berguna saat mengalahkan Argentina di perempatfinal.

Jerman kalah dari Italia di semifinal, tapi kerja sekelompok mahasiswa di bawah Profesor Buschamann terus berlanjut. Dimulai dari 16 mahasiswa untuk menganalisa 31 tim pada 2006, naik menjadi 45 menganalisa 15 tim pada Piala Eropa 2012.

Jerman kembali bertemu Argentina pada Piala Dunia 2010, dan sekali lagi mengalahkan mereka dengan analisis data. Statistik menyarankan, Jerman harus menempatkan dua bek di kedua sisi Lionel Messi. Satu yard di depan dan satu yard di belakang, setiap kali bintang Barcelona itu mendapatkan bola.

Messi tidak berkutik ketika Argentina dihancurkan 4-0 oleh Jerman. Di Polandia dan Ukraina empat tahun lalu, Piala Eropa 2012, Loew memperoleh ratusan halaman dan 40 lembar catatan khusus, hasil analisa lawan-lawan yang bakal mereka hadapi.

Dokumen yang didapatnya semakin detail, hingga bagaimana kebiasaan seorang pemain sayap lawan dalam membuat gol. Juga, jarak maksimum seorang bek saat menjaga lawannya. Brasil dipermalukan Jerman 7-1, karena setiap pemain mereka memiliki karakter yang sudah diketahui.

Kini, banyak tim-tim di Eropa sudah melakukan revolusi serupa. Analisis data tidak lagi hanya digunakan oleh Jerman. Joachim Loew harus punya cara lebih maju, agar skuatnya tetap bisa lebih unggul dari lawan-lawan mereka di Prancis nanti.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya