Rap-Rap, Gegenpressing Ala Indonesia Khas PSMS

Pemain PSMS merayakan kemenangan atas Persebaya di 8 besar Piala Presiden 2018.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rahmad Noto (Surabaya)

VIVA – Bicara PSMS Medan tentu pandangan kita akan tertuju pada gaya main mereka yang keras dan tanpa kompromi. Sebutannya, tak lain adalah "Rap-Rap".

Persikabo 1973 Jadi Tim Pertama yang Terdegradasi dari Liga 1 Musim Ini

Gaya main ini memang sudah lama melekat kepada PSMS. Dan, sekilas, style rap-rap milik PSMS sama dengan gegenpressing yang dipopulerkan manajer Liverpool, Juergen Klopp.

Mari translasikan dulu apa itu gegenpressing secara harfiah. Kata 'gegen' merupakan serapan dari bahasa Jerman yang berarti melawan. Jika ditranslasikan ke bahasa Inggris, gegenpressing sama dengan counterpressing.

Disakiti Mantan, Djanur Soroti Gol Cepat Persib Bandung

Strategi gegenpressing merupakan cara di mana, tim bakal mengambil keuntungan saat lawan melakukan transisi permainan. Ya, transisi permainan memang menjadi hal paling krusial dalam sepakbola.

Masuk ke tiga fase utama, di masa transisi, tentu banyak celah yang bisa dimanfaatkan oleh setiap tim.

Persikabo Vs Persib, Debut Sulit Djadjang Nurdjaman

Makanya, gegenpressing saat ini bisa jadi pilihan demi mendobrak situasi transisi permainan. Sebab, para pemain dituntut untuk merebut bola dari lawan di area mana pun.

Ada dua keuntungannya, menyingkat waktu transisi pertahanan karena bisa memutus aliran bola di area lawan atau tengah, hingga mencegah serangan balik. Selain Klopp, Pep Guardiola juga suka menerapkan permainan ini.

Teori Guardiola sedikit berbeda. "Six second rule" yang artinya Guardiola meminta kepada seluruh pemainnya untuk merebut bola dari lawan maksimal enam detik saat kehilangan.

Gaya rap-rap pada dasarnya sama. PSMS sangat lekat dengan gaya yang mengandalkan pressing tinggi dan keras ini.

Sebab, itu sesuai dengan karakter pemain yang berdarah asli Sumatera Utara pada umumnya. Namun, apakah gaya rap-rap di PSMS masih jadi andalan? Mengingat, pelatih Djadjang Nurdjaman secara terang-terangan menggeser pola yang ada.

Djadjang tak menampiknya. Memang, eks pelatih Persib Bandung tersebut berupaya menggeser gaya main PSMS. Namun, Djadjang tak mau meninggalkan gaya rap-rap milik Ayam Kinantan.

"Rap-rap bisa bekerja dengan karakter pemain asli Sumatera Utara. Sedangkan sumber daya yang kami miliki masih terbatas," kata Djadjang.

"Rap-rap tak dihilangkan, itu mustahil. Namun, menggunakan gaya rap-rap seperti era 1980-an, juga susah," lanjutnya.

Djadjang mengaku ingin mengombinasikan gaya main rap-rap dengan sepakbola modern. Tak cuma ngotot dalam melakukan pressing, tapi Djadjang berharap anak-anak asuhnya bisa bermain pintar dengan penguasaan bola yang baik.

Ada benarnya pendapat Djadjang. Sebab, gaya rap-rap atau gegenpressing, punya efek samping yang luar biasa terhadap fisik pemainnya.

Mereka bisa kelelahan. Selain itu, potensi cedera juga tinggi. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya