Serangan Penonton dan Pelajaran untuk Liga 1

Ricuh suporter usai duel Arema FC kontra Persib Bandung
Sumber :
  • ANTARA FOTO/H Prabow

VIVA – Liga 1 pekan keempat menjadi periode kelam bagi sepakbola nasional. Dua insiden kericuhan yang melibatkan suporter terjadi dalam waktu berdekatan.

Keluar dari Zona Degradasi, Arema FC Fokus Tatap 2 Laga Sisa

Pertama, terjadi sebuah keributan antara sekelompok pemuda tak dikenal dengan pendukung Persebaya Surabaya, Bonek. Insiden ini terjadi usai laga PS Tira melawan Persebaya di Stadion Sultan Agung, Bantul, 13 April 2018 lalu.

Ujungnya adalah seorang Bonek dinyatakan tewas. Dia adalah Micko Pratama. Micko tewas usai jadi bulan-bulanan massa.

Hasil Liga 1: Kejutan Arema di Markas Borneo FC, Persija Tahan Imbang Barito Putera

Dua hari berselang, Stadion Kanjuruhan jadi saksi bisu terjadinya kericuhan antara penonton dengan pihak keamanan. Sebanyak 212 orang terluka, dan pada Rabu 18 April 2018, seorang korban mengembuskan napas terakhirnya.

Korban bernama Dhimas Duha Imron wafat pada Rabu 18 April 2018. Dhimas meninggal setelah sempat menolak dirawat usai kejadian.

Sudah Juara Regular Series, Borneo FC Tetap Ingin Taklukkan Arema FC

Pada Selasa, Dhimas sempat dibawa ke Rumah Sakit Aisiyah. Namun, nyawanya tak tertolong dan meninggal kemarin.

Sebuah duka, luka, dan noda, bagi sepakbola Indonesia. Dan pertanyaannya, adalah salah siapa?

Oknum suporter memang salah, tapi penyebab insiden ini bukan mereka sendiri. Kinerja Panitia Pelaksana juga patut jadi sorotan dan prosedur keamanan juga menjadi sebuah catatan.

Ya, prosedur keamanan. Aremania sempat mengeluhkan sikap aparat yang menembakkan gas air mata secara sporadis. Dari kejadian itulah, kerusuhan di Kanjuruhan memuncak dan akhirnya menimbulkan korban.

Tapi, kinerja panpel juga patut disorot. Mereka mengaku lengah dan terlalu meremehkan kondisi yang terjadi di luar lapangan. Hingga akhirnya, terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

"Saya selaku CEO, membawahi seluruh keamanan dan panpel, mengakui ada kelalaian. Dan saya minta maaf," kata CEO Arema FC, Iwan Budianto, Kamis 19 April 2018.

"Kelalaian ini terjadi karena kami terlalu meremehkan perkembangan yang terjadi di lapangan. Sejujurnya saya melihat kedewasaaan Aremania sangat tinggi. Karena kami tahu segala reputasi dan predikat baik ada di Aremania," lanjutnya.

Serangan penonton ke dalam lapangan, ditegaskan Iwan, jadi cambuk serta pelajaran yang berharga bagi seluruh elemen Arema. Iwan pun berjanji akan memperbaiki sistem dalam penyelenggaraan pertandingan dan pelayanan kepada suporter.

"Apa yang dilakukan ke depan, setelah peristiwa itu, kami akan belajar dari musibah ini. Apa yang terjadi, menjadi sesuatu yang baru bagi kami. Evaluasi dari pihak keamanan yang terlibat, semuanya kami belajar, dan berharap tidak terulang lagi," terang Iwan.

Buka Posko, Korban Bisa Lapor

Manajemen Arema berjanji korban insiden rusuh di Kanjuruhan akan mereka rawat hingga sembuh. Berbagai cara sudah mereka tempuh untuk menunjukkan tanggung jawab kepada para korban.

Salah satunya adalah dengan mendatangi para korban, termasuk Dhimas. Pihak Arema mendatangi rumah dan makam Dhimas pada Kamis 19 April 2018.

Dalam kesempatan itu, manajemen Arema menyampaikan duka mendalam terhadap keluarga Dhimas.

Tak lupa, mereka pun meminta kepada para korban agar melapor ke posko yang sudah dibentuk.

"Kami tetap jalin komunikasi dengan keluarga. Mohon libatkan kami jika ada kesulitan. Rencananya pemain juga akan berkunjung ke keluarga juga," ucap Agoes Soerjanto, pembina Arema.

Dari kejadian-kejadian ini, sudah seharusnya seluruh elemen belajar. Bukan cuma suporter, panpel, operator, hingga PSSI, juga harus meninjau ulang sistem keamanan dan kenyamanan penonton saat berada di dalam stadion.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya