Ada Pemain yang Tolak Kebijakan Pemangkasan Gaji PSSI di Liga 1 dan 2

Bek Bhayangkara FC, Ruben Sanadi.
Sumber :
  • VIVA/Rahmad Noto (11-04-19)

VIVA – Kebijakan kontroversi diambil PSSI dalam menyikapi wabah virus corona COVID-19. Mereka meminta kepada klub peserta Liga 1 dan 2 melakukan pemotongan gaji ke pemain dalam jumlah yang cukup besar.

Hasil Liga 1: Persib Ditahan Imbang Bhayangkara FC, 5 Gol Striker Persik

Wabah virus corona yang menghantam Indonesia membuat kompetisi Liga 1 dan 2 berhenti sementara dan terancam batal. Dalam kondisi ini, PSSI menginstruksikan agar klub memberikan 25 persen dari nilai kontrak ke para pemainnya, andai kompetisi berhenti total.

Nyatanya, kebijakan ini belum disetujui para pemain, Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia sudah lebih dulu bersuara.

Dihantui Degradasi, Bhayangkara FC Tolak Menyerah Lawan Persib Bandung

Mereka dengan tegas menolak kebijakan PSSI karena keputusan itu tak didasari atas diskusi dengan pemain.

Pun, ada pemain pula yang menyuarakan pendapatnya. Bek Bhayangkara FC, Ruben Sanadi, merasa akan ada pihak yang dirugikan atas kebijakan PSSI.

Persib Bandung Hadapi Bhayangkara FC dalam Kondisi Pincang

Ruben sejatinya tak bermasalah dan menerima keputusan jika menerima bayaran 25 persen andai kompetisi berhenti total. Namun, dia menyayangkan jika seluruh klub mengambil kebijakan yang sama karena nominal gaji pemain tak semuanya tinggi.

"Kalau saya, sebagai pemain, menerima saja. Tapi, kasihan teman-teman pemain yang memiliki gaji yang tidak tinggi. Kasihan, kalau mereka mendapatkan 25 persen. Karena, ada keluarga yang harus dihidupi. Mungkin kalau 50 persen itu lebih baik," kata Ruben kepada VIVA, Senin 30 Maret 2020.

"Ya, memang ada teman pemain, yang curhat. Kasihan juga mereka. Kan ada pemain-pemain muda yang baru main di Liga 1 dan Liga 2, gaji mereka tak sama juga dengan label bintang atau Timnas," lanjutnya.

Di sisi lain, Ruben masih menunggu kebijakan dari manajemen Bhayangkara. Meski begitu, Ruben mengerti kondisi yang dihadapi di sepakbola nasional begitu rumit.

Sebab, ketika wabah virus corona meledak di Indonesia, aktivitas bisnis sepakbola nasional mendadak mati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya