Saatnya Aremania Lawan Ujaran Kebencian dengan Kreativitas

Aremania
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Suporter fanatik Arema FC, Aremania, menyambut Piala Presiden 2022 dengan gegap gempita. Ini adalah turnamen resmi pertama yang diselenggarakan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dengan menghadirkan suporter ke stadion setelah dua tahun dilanda pandemi COVID-19.

Sama-sama Hindari Degradasi, PSS Sleman Yakin Libas Arema FC

Aremania pun sedang menyiapkan diri untuk menampilkan kreativitas mereka dalam mendukung Evan Dimas cs di Stadion Kanjuruhan, Malang. Pada laga pembuka Grup D, Arema FC akan bertanding melawan PSM Makassar, Sabtu, 11 Juni 2022.

Aremania membuat ide untuk satu suporter membawa satu bendera merah putih. Bendera Indonesia itu bakal dikibarkan di tribun stadion. Selain sebagai simbol nasionalisme, pengibaran bendera merah putih sebagai seruan untuk terus menjaga persatuan Indonesia.

Sayap PSS Sleman Jadi Ancaman Serius Bagi Arema FC

"Ini ide bagus dan kami mengapresiasi. Kreativitas tersebut bisa menjadi titik awal bagi Aremania untuk lebih atraktif lagi saat mendukung tim kebanggaan Arema FC. Semoga dukungan yang luar biasa dari Aremania bisa menambah semangat juang pemain yang berlaga di lapangan. Harapan saya Arema bisa membawa pulang kembali Piala Presiden ke Kota Malang," kata dirijen Curva Sud Arema, Yonesa, Sabtu, 11 Juni 2022.

Dua Dirijen Aremania Yuli Sumpil dan Yonesa

Photo :
  • VIVA/Lucky Aditya
Terjebak di Zona Degradasi, Arema FC Bakal Fight hingga Akhir Musim

Selain mempersiapkan kreativitas sebagai momentum kembalinya suporter ke stadion, Curva Sud Arema mengajak Aremania lainnya untuk tidak menyanyikan lagu dengan nada-nada ujaran kebencian. Yonesa selalu aktif meminta Aremania berhenti menyanyikan lagu ujaran kebencian saat dirinya berdiri diatas podium capo atau dirijen.

"Kalau di tribun selatan, saat pertama saya naik andang (podium) dirijen sebelum clap saya berorasi atau memberikan imbauan ke tribun untuk tidak menyanyikan chant rasis (ujaran kebencian)," ujar Yonesa.

"Jika ada indikasi nyanyian rasis saya langsung menghentikan chant tersebut dan berganti ke chant yang lainnya. Saling mengingatkan sesama Aremania juga perlu, untuk meminimalisir chant rasis tersebut dinyanyikan saat pertandingan berlangsung," tambahnya.

Ajang Piala Presiden 2022 memang menjadi momentum Aremania untuk kembali membuktikan dirinya sebagai barometer suporter Tanah Air. Aremania yang dikenal sebagai suporter fanatik dengan basis massa yang besar diharapkan kembali menjadi suporter yang dewasa dengan aksi-aksi atraktif yang selalu memukau suporter lain saat datang ke stadion.

Bagi Yonesa lagu ujaran kebencian harus dihilangkan demi citra Aremania di kancah sepakbola Tanah Air. Sebab, suporter yang datang ke Stadion Kanjuruhan, bukan saja golongan dewasa ataupun remaja. Tetapi banyak juga Aremania kecil yang sedang memberikan dukungan untuk Singo Edan bersama keluarganya.

"Chant rasis atau misuh (ujaran kebencian) itu menodai kesakralan lagu Aremania. Kasihan juga para orang tua yang menonton pertandingan bersama anak-anak kecil, bisa memberikan image negatif bila sampai didengar adik-adik kita Aremania," imbuh Yonesa.

"Saya mengapresiasi Presiden Arema sudah peduli dan mau mengingatkan perihal chant rasis yang kemarin terdengar di pertandingan. Semoga ini menjadi introspeksi dan evaluasi buat kawan-kawan di tribun untuk menjadi lebih baik kedepannya," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya