Aremania Anggap Renovasi Stadion Kanjuruhan Upaya Mengaburkan Sejarah Tragedi

Stadion Kanjuruhan Malang
Sumber :
  • VIVA/Uki Rama

VIVA Bola – Tragedi Kanjuruhan menyisakan duka yang mendalam bagi korban, keluarga korban dan warga di Malang Raya. Dalam sejarah kelam sepakbola Indonesia itu, sebanyak 135 orang meninggal dunia dan 600 lebih terluka di Stadion Kanjuruhan.

Hasil Liga 1: Drama 6 Gol Persita Tangerang vs Persib Bandung, PSS Sleman Bantai Arema FC

Tragedi yang terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 itu tentu saja membekas dan membuat sakit hati Aremania. Mayoritas korban meninggal dunia adalah pendukung tim Arema FC. Mereka berdesakan dan panik mencari jalan keluar ketika gas air mata ditembakan oleh polisi di dalam stadion. 

Enam bulan berselang muncul wacana renovasi stadion yang terletak di Kepanjen, Kabupaten Malang ini. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), renovasi stadion berkapasitas 21 ribu tempat duduk itu memakan biaya Rp390 miliar dengan waktu pelaksanaan selama 28 bulan.

Sama-sama Hindari Degradasi, PSS Sleman Yakin Libas Arema FC

Stadion Kanjuruhan pasca Tragedi

Photo :
  • VIVA/Uki Rama

Tim Gabungan Aremania (TGA) yang selama ini aktif mendampingi keluarga korban dalam menuntut keadilan menolak rencana ini. Mereka beranggapan renovasi stadion Kanjuruhan sebagai upaya mengaburkan sejarah Tragedi Kanjuruhan. 

Sayap PSS Sleman Jadi Ancaman Serius Bagi Arema FC

Mereka menyebut peristiwa itu sebagai tragedi kemanusiaan. Renovasi dianggap sebagi bagian menghilangkan barang bukti. Renovasi stadion akan membuat mereka lupa bahwa di tempat ini 135 jiwa meninggal dunia pasca duel Derby Jawa Timur antara Arema FC versus Persebaya Surabaya. 

"Ini juga upaya menghilangkan sejarah. Karenanya kami tegas menolak renovasi. Hendaknya Kanjuruhan biar menjadi memorial atau monumen. Stadion baru bisa dibangun di sekitarnya, atau di lokasi lain,” kata Koordinator TGA, Dyan Berdinandri, Kamis, 13 April 2023.

Tim Gabungan Aremania berjanji bakal terus menyerukan keadilan bagi para korban dan keluarga. Mereka juga menuntut pertanggungjawaban negara untuk jaminan masa depan bagi keluarga korban. Bagi mereka Tragedi Kanjuruhan adalah pelajaran pahit yang tidak boleh terjadi di kemudian hari. 

"TGA juga berinisiatif mengajak seluruh elemen masyarakat, baik individu, kelompok, dan organisasi di seluruh dunia untuk mendukung upaya mewujudkan Kanjuruhan Memorial (monumen peringatan tragedi). Ini akan menjadi monumen yang didedikasikan untuk para korban dan pengingat bagi kita semua bahwa tragedi seperti ini tidak boleh terjadi lagi," ujar Dyan. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya