- Marco Tampubolon
VIVAnews - Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kembali menegaskan posisinya sebagai wadah sepakbola Tanah Air. PSSI melalui Komite Eksekutive Konfederasi Sepakbola Asia Suryadharma "Dali" Tahir menggunakan Pedoman Dasar FIFA sebagai pijakan.
Pedoman dasar yang sudah diratifikasi itu kini menjadi menjadi Statuta PSSI. Di dalamnya ditegaskan berbagai ketentuan atau pedoman yang digariskan oleh AFC (Asosiasi Sepakbol Asia) maupun FIFA. Kebijakan di tingkat AFC dan FIFA jelas menggambarkan bahwa keluarga besar sepakbola dunia sangat menentang adanya intervensi maupun campur tangan dari pihak-pihak yang tidak terkait.
Khususnya yang bertujuan untuk mencampuri pasal-pasal dalam Statuta suatu asosiasi sepakbola yang telah mendapatkan pengukuhan atau penetapan dari FIFA. Hal ini dikatakan Dali selepas bertemu dengan Sekjen AFC, Alex Soosay, Selasa 17 Agustus 2010
"Alex Soosay mengingatkan saya bahwa hubungan antara PSSI dengan AFC dan FIFA itu sudah menjadi bagian dari hubungan logis dari keanggotaan persepakbolaan dunia pada umumnya," kata Dali seperti dikutip dari situs resmi PSSI
"Dengan ketentuan universal regulations itu tentunya jelas bahwa garis komando kita adalah AFC dan yang tertinggi FIFA. Bukan yang lain lainnya."
Namun peraturan inilah yang digunakan PSSI untuk berlindung dari tuntutan reformasi. Contoh nyatanya adalah Kongres Sepakbola Nasional (KSN) yang digelar di Malang pada 30-31 Maret 2010.
Kongres yang bersumber dari kritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal pesepakbolaan Indonesia itu akhirnya tidak menghasilkan perubahan apa pun. Tujuh butir kesepakatan yang ditelurkan pun tidak semuanya bisa diterapkan dengan baik.