Piala Presiden 2015
Pelatih Persib Berharap Ulang Memori Manis di SUGBK
Jumat, 16 Oktober 2015 - 13:31 WIB
Sumber :
- ANTARA FOTO/Agus Bebeng/foc/15.
VIVA.co.id
- Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) punya banyak kenangan manis buat Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman. Kenangan manis itu coba diukir kembali Djanur, ketika memimpin pasukannya bertanding di final Piala Presiden 2015 melawan Sriwijaya FC, Minggu 18 Oktober 2015.
Di stadion yang dulu dikenal dengan nama Stadion Utama Senayan ini, Djanur di final Perserikatan 1986 melawan Perseman Manokwari, menorehkan sejarah lewat gol tunggalnya yang mengakhiri penantian panjang Persib selama 25 tahun.
Baca Juga :
Bus Persib Kecelakaan Gara-gara Rem Blong
Baca Juga :
Bus Rombongan Persib Kecelakaan
Di stadion yang dulu dikenal dengan nama Stadion Utama Senayan ini, Djanur di final Perserikatan 1986 melawan Perseman Manokwari, menorehkan sejarah lewat gol tunggalnya yang mengakhiri penantian panjang Persib selama 25 tahun.
Baca Juga :
Pindah Kandang Dinilai Rugikan Persib
Selang empat tahun kemudian, Djanur ikut ambil bagian dalam sukses Maung Bandung merengkuh kembali trofi juara Perserikatan 1990, usai mengandaskan Persebaya Surabaya. Lalu, di final Perserikatan 1994, atau edisi terakhir, dia pun ambil bagian meski di posisi sebagai asisten pelatih.
Satu tahun kemudian, tepatnya di final Liga Indonesia I musim 1994/1995, Djanur yang masih dipercaya sebagai asisten pelatih, lagi-lagi bisa mencicipi nikmatnya gelar juara bersama Persib di SUGBK, dalam laga melawan Petrokimia Putra di depan sekitar 120 ribu penonton.
Kini, 20 tahun berselang, Djanur kembali datang ke SUGBK sebagai komandan armada Maung Bandung di final Piala Presiden 2015. Harapannya sama besarnya dengan asa dalam benak para pemain, pengurus, ofisial, staf pelatih, dan bobotoh Persib, yakni membawa trofi juara Piala Presiden ke Tanah Pasundan.
"Ya kalau bicara kenangan, saya pribadi punya kenangan manis di GBK yang mudah-mudahan dan
Insya Allah
bisa terwujud kembali. Tetapi, saya tipikal yang tidak terlalu mengedepankan statistik. Saya lebih suka fokus dan konsentrasi ke pertandingan final nanti," ungkapnya.
Djanur menegaskan, situasi saat ini tak bisa disamakan dengan kondisi sepakbola di era saat dia masih bermain. Baginya, hasil sebuah pertandingan tetap ditentukan oleh banyak faktor, selain kerja keras pemain di lapangan, faktor 'keberuntungan' pun diperlukan oleh tim sepak bola.
"Situasi sekarang berbeda. Saya dan tim, hanya bisa berdoa dan berusaha keras di lapangan. Sangat bersyukur jika harapan kami bisa terwujud," paparnya. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Selang empat tahun kemudian, Djanur ikut ambil bagian dalam sukses Maung Bandung merengkuh kembali trofi juara Perserikatan 1990, usai mengandaskan Persebaya Surabaya. Lalu, di final Perserikatan 1994, atau edisi terakhir, dia pun ambil bagian meski di posisi sebagai asisten pelatih.