Bola Indonesia 'Mati', Klub Malaysia Tembus Final AFC Cup

Penyerang Johor Darul Ta'zim, Safee Sali
Sumber :
VIVA.co.id
Momen Tegang dan Panik Saat Bus Pawai Timnas U-22 Masuk Terowongan Semanggi
- Sebuah kondisi 180 derajat terlihat dari situasi sepakbola di Indonesia dan negara tetangga Malaysia. Ketika sepakbola Tanah Air tengah 'tiarap' karena sanksi FIFA, salah satu klub Negeri Jiran berhasil tembus final AFC Cup.

5 Fakta Marselino Ferdinan, Pemain Timnas yang Lagi Viral
Klub tersebut adalah Johor Darul Ta'zim yang secara mengejutkan bisa melangkah ke final AFC Cup untuk menghadapi Istiklol pada laga puncak hari Sabtu, 31 Oktober 2015.

5 Fakta Iwan Bule Trending di Twitter Karena Unggahan Situs PSSI
Hal ini tentu menjadi kebanggaan dan prestise tersendiri bagi sepakbola Malaysia, menjadi klub Asia Tenggara yang berhasil lolos ke final AFC Cup sepanjang sejarah turnamen kelas dua antar klub Asia tersebut.

Hal ini tentu pukulan bagi klub-klub Indonesia yang memiliki sejarah manis dalam beberapa tahun terakhir di ajang AFC Cup. Sebut saja Arema Cronus dan Semen Padang yang sempat berhasil menembus babak perempat final.

Lalu prestasi terbaik klub Indonesia adalah ketika Persipura Jayapura sukses menembus babak semifinal pada AFC Cup 2014 lalu. Sayang, langkah klub-klub Indonesia mengalami masalah pada musim 2015.

Bukan dari lawan, melainkan masalah di dapur sendiri. Kisruh antara PSSI dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga yang berbuntut Surat Keputusan Pembekuan, berujung pada munculnya sanksi dari FIFA terhadap PSSI.

Hal ini menimbulkan polemik bagi klub Indonesia yang tampil di ajang internasional. Persipura gagal menggelar laga leg kedua melawan klub Malaysia, Pahang, karena masalah visa. Andalan Indonesia itu akhirnya rela mentok di babak 16 besar saja.

Nasib yang sama menimpa juara Indonesia Super League, Persib Bandung, ketika hadapi Kitchee di babak yang sama. Nama 'Maung Bandung' dicoret karena surat keputusan FIFA keluar beberapa hari jelang laga leg kedua digelar. Persib pun gagal mengejar defisit dua gol bahkan sebelum pertandingan.

Polemik masih berkepanjangan, saat ini sepakbola Indonesia malah asyik tampil di ajang-ajang turnamen lokal saja demi menjaga ekonomi para pemain. Banyak bintang level timnas bahkan harus rela main level tarkam (tarikan kampung).

Sebuah cerita sedih ketika salah satu klub Malaysia tengah mencatatkan prestasi di level Asia, bermain di final, bukan hal yang mustahil bagi klub sekelas Persib atau Persipura.

Baca selanjutnya..Malaysia ke Final Dibantu Sanksi FIFA

Malaysia ke Final Dibantu Sanksi FIFA

Keberhasilan Johor Darul Ta'zim, atau yang akrab disapa JDT, lolos ke final AFC Cup sebenarnya cukup mengejutkan. Hadapi Al-Qadsia, tim yang juga menyingkirkan Persipura tahun lalu, peluang JDT untuk lolos dinilai kecil.

Apalagi, Safi Salee dan kawan-kawan menelan kekalahan 1-3 ketika bermain di Kuwait. Kalau mau lolos ke final, JDT setidaknya harus mencetak tiga gol ke gawang sang juara bertahan pada leg kedua di Johor.

Tetapi, JDT akhirnya dapat satu tempat di babak final setelah FIFA memastikan kalau Asosiasi Football Kuwait (KFA) telah dijatuhi sanksi sejak 16 Oktober kemarin. Artinya, semua klub Kuwait dilarang melakukan kontak dengan dunia internasional.

Dampaknya merembet ke penampilan wakil Kuwait di AFC Cup, dimana Al-Qadsia dan Al-Kuwait berhasil memenangkan laga leg pertama melawal JDT dan Istiklol dengan skor 3-1 dan 4-0.

Sanksi FIFA terhadap Kuwait ini artinya membuat JDT dan Istiklol otomatis melangkah ke babak final pada 31 Oktober di Dushanbe, ibukota Tajikistan. Sekaligus membuat pertama kali tak ada klub Kuwait di final AFC Cup sejak 2009.

Meski mendapatkan 'tiket gratis', keberhasilan JDT mengibarkan bendera Malaysia pada laga final AFC Cup bak pembuka mata bagi pihak yang bertikai di Tanah Air. Artinya, bukan tidak mungkin sang saka merah-putih yang berkibar di atas sana.

Sepakbola Indonesia bukan barang jelek, apalagi didukung bukti keberhasilan Persipura jadi salah satu klub elite Asia. Sudah saatnya, sepakbola Tanah Air dibangkitkan kembali setelah terlalu lama 'mati suri'.

Keberhasilan JDT boleh disambut rasa senang dan bangga warga Asia Tenggara, tapi juga menjadi sentilan bagi pemangku kepentingan di sepakbola Indonesia. Saatnya berbenah, bangkit, dan bermain lagi, secepatnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya