Bukan ManCity yang Juara, Tapi Guardiola

Manajer Manchester City, Pep Guardiola
Sumber :
  • Reuters/Andrew Couldridge

VIVA – Manchester City baru saja menggondol gelar juara Premier League musim 2017/18. Kepastian itu mereka dapat usai Manchester United kalah dari West Bromwich Albion, Minggu 15 April 2018.

Prediksi Pertandingan Premier League: West Ham United vs Liverpool

Kekalahan dari West Brom membuat MU tak memiliki peluang lagi untuk mengejar perolehan poin ManCity. Akhirnya, posisi The Citizens aman di puncak hingga akhir musim nanti.

Bukan hanya juara, ManCity juga tampil perkasa di musim ini dengan menorehkan rekor demi rekor. Deretan catatan luar biasa mereka bukukan.

5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Brighton vs Manchester City di Premier League

Dan, kunci dari semua prestasi di musim ini adalah revolusi yang dijalankan oleh manajer Pep Guardiola.

Semua pastinya berpikir, Guardiola bisa dengan mudah menerapkan gaya mainnya di ManCity karena banyak pemain bintang. Tapi, tidak juga.

5 Fakta Menarik Arsenal Usai Pesta Gol ke Gawang Chelsea di Premier League

Ada beberapa tugas yang harus diselesaikan Guardiola. Pertama, menekan ego dari para bintang tersebut.

Lalu, Guardiola harus mencari pemain yang bisa menjadi penyeimbang di setiap laga. Ini tak mudah.

Sebab, pemain yang dimaksud Guardiola pastinya memiliki karakteristik yang khas. Guardiola beruntung mendapatkan pemain-pemain tersebut pada bursa transfer musim panas 2017 lalu.

Seperti kiper Ederson Moraes. Selama ini, ManCity selalu bergantung kepada Vincent Kompany dalam urusan menyeimbangkan lini belakang.

Kiper Manchester City, Ederson Moraes

Namun, kehadiran Ederson membuat ketergantungan ManCity terhadap Kompany bergeser.

"Kami memiliki tim luar biasa sekarang dengan beberapa pemain tambahan. Harapannya, kami bisa mencapai level selanjutnya," kata gelandang ManCity, Kevin De Bruyne, dilansir Daily Mirror.

Tugas Guardiola yang lain adalah mengadaptasikan tiki-taka di Premier League. Di awal kedatangannya, itu sangat sulit dilakukan Guardiola.

Skema pria 47 tahun itu selalu kesulitan menghadapi permainan fisik yang ditunjukkan tim lawan. Hingga kini, sebenarnya Guardiola tak sukses-sukses amat dengan dalam menerapkan tiki-taka di Premier League.

Masih ada beberapa gaya main yang belum bisa dijinakkan Guardiola di Premier League. Salah satunya adalah gegenpressing dari Juergen Klopp di Liverpool.

Sistem gegenpressing yang bertenaga dan tak kenal ampun dalam menekan, membuat tiki-taka tak bekerja. Itu terbukti dalam beberapa pertemuan ManCity dengan Liverpool.

Memang, Liverpool di musim ini sempat kalah telak dari ManCity dengan skor 0-5. Tapi, patut dicatat, saat itu The Reds cuma main dengan 10 orang. Sistem gegenpressing yang diterapkan Klopp pun berantakan dan ManCity dengan mudahnya menghajar Liverpool.

Permalukan Man City, Liverpool ke Semifinal Liga Champions

Fakta lain terkait sulitnya Guardiola mengalahkan gegenpressing Klopp, saat ManCity dihajar dua kali oleh Liverpool di perempatfinal Liga Champions musim ini. Terlihat, ManCity tak berdaya saat berduel dengan Liverpool.

"Semua orang juga tahu siapa Guardiola, salah satu pelatih terbaik dunia. Dia datang dua tahun lalu dan mengubah cara main kami. Ya, butuh waktu beradaptasi. Tapi, kami sudah berkembang bersama dan mendapatkan hasil dari jerih payah selama ini," kata De Bruyne.

"Kompetisi akan berlangsung lebih sulit di musim depan. Bukan hanya di Premier League, tapi juga Liga Champions dan Piala Liga," lanjutnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya