Ujian Konsistensi 3 Raksasa dan Hari Penghakiman Mourinho

Manajer Manchester United, Jose Mourinho.
Sumber :
  • Reuters/Andrew Couldridge

VIVA –Premier League sudah memasuki pekan ketiga. Sejauh ini, tiga raksasa, Liverpool, Chelsea, dan Tottenham Hotspur, masih belum terbendung.

Curhat Arteta Usai Arsenal Diamuk Liverpool

Tiga kemenangan beruntun mereka sabet. Itu menjadikan Liverpool, Spurs, dan Chelsea, bersaing ketat di papan atas klasemen sementara Premier League.

Untuk saat ini, Liverpool menjadi pemuncak klasemen. Itu dikarenakan selisih gol mereka yang lebih baik.

Peluang Kylian Mbappe ke Liverpool

Bukan cuma selisih gol, Liverpool juga memiliki pertahanan yang sangat baik sejauh ini. Belum ada gol yang bersarang ke gawang mereka.

Pun dengan Chelsea. Pertahanan mereka termasuk kokoh karena baru kebobolan sekali. Tapi, catatan gol mereka kalah dari Spurs, sehingga harus menempati posisi ketiga klasemen sementara.

Liverpool Harap-harap Cemas Usai Hajar Newcastle United

Spurs memang persis berada di belakang Liverpool. Tapi, mereka sudah kebobolan dua kali, dan itu jadi alarm dini bagi armasa asuhan Mauricio Pochettino. Ketiganya akan mendapatkan ujian sebenarnya di pekan keempat.

Liverpool harus jumpa Leicester City di King Power Stadium, Sabtu 1 September 2018. Laga yang sulit bagi Liverpool. Sebab, King Power bukan tempat yang ramah bagi Liverpool.

Bek Leicester City, Robert Huth, dan pemain Liverpool, Sadio Mane.

Dari tiga lawatan ke King Power, Liverpool cuma sekali meraih kemenangan. Itu terjadi di musim lalu.

Patut dicatat, Liverpool menang dengan susah payah saat itu, lewat drama lima gol. Dua laga sisa berakhir dengan kekalahan.

"Kami harus melakukan perbaikan. Sebuah tantangan besar untuk menjadi juara sejati di liga domestik. Kami harus membuktikan diri, juara Premier League, dan harus segera diwujudkan," kata bomber Liverpool, Sadio Mane, dilansir Marca.

"Tapi, tak elok bicarakan piala sekarang. Kami harus tenang dan bermain sebaik mungkin," lanjutnya.

Sementara, Spurs jumpa dengan Watford. Memang, di atas kertas, Spurs bisa menang mudah. Tapi, Watford punya tren bagus pula di tiga laga pembuka Premier League musim ini. Mereka selalu menang dan secara mengejutkan ada di posisi empat klasemen sementara Premier League.

Apalagi, situasi di Spurs tak terlalu baik. Hugo Lloris tak bisa bermain akibat cedera betis. Sedangkan Moussa Sissoko absen saat Spurs bertandang ke Vicarage Road karena mengalami masalah hamstring.

Pun, performa Spurs tak terlalu menjanjikan. Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, merasa permainan anak-anak asuhnya belum berada dalam level tertinggi.

Meski menang telak atas Manchester United, Pochettino menilai banyak kelemahan yang ditemukan di dalam diri Spurs.

"Kami harus memperbaiki performa. Di laga melawan MU, khususnya babak pertama. Saya tak senang dan mengungkapkannya kepada para pemain. Kami perlu bertarung melawan persepsi. Ketika persepsi disandingkan dengan realitas, apa yang terjadi di babak pertama melawan MU, kami bisa saja kalah," terang Pochettino dilansir London Evening Standard.

Di sisi lain, Chelsea jumpa AFC Bournemouth. Kondisinya sama dengan laga Watford versus Spurs, Bournemouth pada dasarnya punya kualitas tim yang tak terlalu mentereng ketimbang Chelsea.

Tapi, Bournemouth menyimpan potensi kejutan. Lihat saja pertandingan musim lalu pada 31 Januari 2018. Chelsea dipermalukan Bournemouth tiga gol tanpa balas.

Kekalahan itulah yang membuat Chelsea gagal menembus zona Liga Champions.

Kondisinya berbeda sekarang. Chelsea tampil lebih menjanjikan. Skema bermain ala Maurizio Sarri mulai nyetel dengan The Blues.

Dengan permainan menyerang dan atraktif ala Sarri, Chelsea diyakini bisa menang mudah atas Bournemouth.

"Sekarang, gaya tak lebih penting ketimbang poin. Kami harus lebih baik. Kami mencoba memenangkan seluruh laga kami, satu demi satu. Cuma itu targetnya," terang bek Chelsea, Antonio Ruediger.

Persaingan Baru Dimulai

Di pekan keempat, sebenarnya sudah bisa dilihat siapa saja klub yang bakal berjaya di akhir musim. Hasil pertandingan dalam empat laga, agaknya bisa menjadi ukuran atau gambaran untuk memprediksi siapa yang bakal berada di papan atas klasemen akhir Premier League.

Sebab, pekan keempat bukan lagi bicara soal kualitas pemain atau tim. Tapi, pekan keempat sudah masuk sebagai uji konsistensi.

Menang di tiga laga pembuka, bukan jaminan bagi setiap klub Premier League untuk bisa bicara banyak. Banyak kejutan yang akan terjadi.

Dan, Liverpool kerap mengalami masalah itu dari musim ke musim. Moncer di awal musim, Liverpool sering hilang fokus saat masuk ke putaran kedua.

Manajer Liverpool, Juergen Klopp, mengakui konsistensi jadi masalah utama mereka dalam beberapa musim terakhir. Klopp menganalisa, timpangnya kualitas tim utama dan pelapis, jadi penyebabnya.

Ada indikasi ketergantungan terhadap satu pemain yang dialami oleh Liverpool. Dan, untuk musim lalu, kasusnya adalah Liverpool terlalu bergantung pada Mohamed Salah.

"Tujuan saya mencari banyak pemain agar mendapatkan level yang sama. Jadi, kami siap untuk menghadapi musim ini dengan semua pemain kami. Artinya, segala macam risiko fisik, sudah siap kami hadapi," tegas Klopp dilansir situs resmi klub.

Tak mau tergantung kepada satu pemain, nyatanya Klopp masih memainkan starting eleven yang sama. "Susunan pemain akan bergantung pada lawannya," terang Klopp.

Sejak tadi, kita bicara Liverpool, Chelsea, dan Spurs. Jangan lupakan Manchester City. Start ManCity memang tak mentereng seperti tiga klub tersebut.

Mereka baru saja ditahan imbang oleh Wolverhampton Wanderers, klub promosi Premier League. Tapi, ini baru awal musim dan ManCity bisa saja bangkit di laga-laga selanjutnya.

"Kami membuang dua poin, dan cuma mendulang satu angka saat jumpa Wolves. Kunci musim lalu adalah, ketika kami membuang poin, keesokannya seperti pembalasan dan meraih kemenangan," tegas manajer ManCity, Pep Guardiola, dilansir situs resmi klub.

Manajer Manchester City, Pep Guardiola.

Guardiola masih santai hingga saat ini. Baginya, persaingan baru saja akan dimulai.

"Banyak poin yang masih bisa diperebutkan. Sebenarnya, persaingan sesungguhnya dimulai setelah jeda internasional, setiap tiga pertandingan, perjalanan, dan tak ada waktu menyiapkan diri untuk bertanding," ujar Guardiola.

Hari Penghakiman Mourinho

Tak seperti biasanya, MU hingga pekan ketiga Premier League malah menunjukkan tren negatif. Dua kekalahan beruntun mereka terima.

Menjadikan start di musim 2018/19 sebagai yang terburuk dalam 26 tahun terakhir. Dua kekalahan yang ditelan MU dari Brighton and Hove Albion serta Spurs, membuat MU kini ada di posisi 13 klasemen sementara, karena cuma meraup tiga poin dari tiga pertandingan pembuka.

Catatan buruk ini pun membuat posisi manajer MU, Jose Mourinho, di ujung tanduk. Sejumlah situs judi sempat memprediksi Mourinho akan jadi manajer pertama yang dipecat di Premier League.

Prediksi yang mungkin saja terjadi. Meski manajemen masih percaya dengan Mourinho, tapi posisinya di kursi manajer bisa saja terancam andai tak mampu mengantarkan MU menang atas Burnley.

Isu-isu mengenai posisi Mourinho sebenarnya masih simpang siur. Berbagai surat kabar menyatakan bahwa manajemen MU masih percaya dengan Mourinho.

Salah satunya adalah kabar yang diembuskan oleh The Guardian. Disebutkan, Mourinho masih mendapat garansi dari jajaran elite MU.

Ed Woodward, Executive Vice-Chairman MU, yang belakangan dirumorkan berseteru dengan Mourinho, disebut-sebut menjadi pendukung utama sang manajer.

Manajer Manchester United, Jose Mourinho dan Ed Woodward

Woodward sempat bicara dengan rekannya terkait hubungan sebenarnya dengan Mourinho. Menurut sang rekan, Woodward tak punya masalah serius dengan Mourinho.

Meski MU kalah dari Burnley, Woodward akan mempertahankan Mourinho dan membelanya. Keluarga Glazer, selaku pemilik MU, juga kabarnya setuju dengan Woodward.

Memang, ada kekecewaan dalam benak mereka terkait hasil yang diraih MU. Tapi, keluarga Glazer percaya Mourinho masih memiliki sihir untuk membuat MU bicara lebih banyak di musim ini.

"Saya ini manajer di salah satu klub terhebat dunia. Saya juga manajer terhebat di dunia. Saya meraih kesuksesan di musim lalu, mungkin Anda tak mau mengakuinya," terang Mourinho dilansir Daily Mirror.

Pria asal Portugal tersebut mengklaim, MU tak layak memecatnya. Sebab, bagi Mourinho, MU bisa menjadi juara Liga Europa karenanya.

"Dua musim lalu kami punya prestasi fantastis. Saya menganalisa performa saya bersama MU," jelas Mourinho.

Berbagai macam pendapatnya diakhiri dengan sebuah pernyataan, dia yakin tak dipecat oleh MU. Sebab, masih ada manajer yang prestasinya lebih buruk, yakni Klopp.

"Sudah Anda tanya manajer yang finis di posisi tiga atau empat (Juergen Klopp) Premier League? Sebab, mereka tak pernah memenangkan titel apa pun, contohnya seperti itu," tegas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya