Rekor Mengerikan Striker 13 tahun AC Milan Cetak 483 gol dalam 87 Laga
VIVA – Seorang penyerang AC Milan berusia 13 tahun memiliki salah satu rekor mencetak gol paling luarbiasa yang mungkin Anda lihat di akademi mana pun, setelah dikabarkan mencetak 483 gol dalam 87 pertandingan untuk berbagai tim muda klub.
Seperti dilansir SportBible, nama pemain sensasional itu adalah Francesco Camarda. Namanya mencuat seiring unggahan pencari bakat terkenal Italia, Sciabolata Morbida di media sosial.
"Saya tidak tahu berapa banyak anak laki-laki, pada usianya, telah mencatatkan angka-angka yang mengesankan seperti itu," kata Sciabolata Morbida.
Dia membagikan rincian data dan statistik pemain berusia 13 tahun itu saat bermain untuk akademi AC Milan. Perlu dicatat bahwa standar lawan sangat bervariasi dalam 87 laga ini, dengan banyak dari mereka yang tak bermain penuh.
"Dia adalah Francesco #Camarda, penyerang 2008 yang berada di tahun kelimanya bersama Rossonero. Ini adalah salah satu striker paling produktif di negara ini, jika kita tidak mempertimbangkan kategori usia."
"247 gol dalam 40 pertandingan di musim 2017/18; 172 gol dalam 31 pertandingan di musim 2018/19; 64 gol dalam 16 pertandingan di musim 2019/20. Total 483 gol dalam 87 pertandingan, rata-rata 5,5 gol per pertandingan."
Camarda telah dipantau memiliki perkembangan pesat di akademi. Dia sudah naik dengan cepat ke level U-15, di mana ia bermain bersama putra Clarence Seedorf, Denzel Miguel Viana Seedorf di tim yunior Milan.
Camarda sejauh ini telah membintangi Kejuaraan A/B Nasional U-15 tahun ini. Meskipun dia harus menghadapi para pemain lawan yang sudah jauh lebih berkembang secara fisik daripada dirinya sendiri.
Akhir pekan lalu, sang striker mencetak dua gol saat AC Milan mengalahkan Hellas Verona di Kejuaraan U-15. Ini semakin menunjukkan potensi besarnya sekali lagi di dunia sepakbola di masa yang akan datang.
Meski demikian, Mordiba mendesak klub dan publik berhati-hati atas rekor pemain muda itu. Dia mencatat mantan rising star Barcelona Bojan Kekic bisa menjadi kisah peringatan atas perlakuan yang salah terhadap pemain potensial.
