Real Madrid Pernah Habisi Barcelona 11-1 di El Clasico, Kok Bisa?

Real Madrid habisi Barcelona 11-1
Sumber :
  • tribuna.com

VIVA Bola – Duel El Clasico antara Real Madrid melawan Barcelona selalu ditunggu oleh pecinta sepakbola dunia. Dua rival ini bakal bentrok di Camp Nou dalam lanjutan LaLiga, Senin dini hari WIB, 19 Maret 2023.

Ten Hag Ungkap Pemain Ini Bakal Bawa Kesuksesan untuk MU

Berapakah skor terbesar sepanjang sejarah El Clasico? Ternyata, Madrid pernah menghabisi Barca 11-1. Kok bisa?

Apa yang terjadi pada 19 Juni 1943 benar-benar tak lazim. Los Blancos sukses menggasak sang rival 11-1 di leg kedua semifinal Copa del Rey (sebelumnya bernama Copa del Generalisimo). Ini menjadi kekalahan terbesar sepanjang sejarah Barca.

Prediksi LaLiga: Real Madrid vs Barcelona

Barca sebenarnya mampu menang 3-0 di leg pertama. Namun, Madrid sukses membalikkan defisit dengan skor yang fantastis.  

Pruden mencetak hattrick (5’,32’,35’). Sementara Barinaga membobol empat kali gawang Barca (30’,42’,44’,87’). Empat gol lain ditorehkan Alonso J (37’,74’), Curta (39’), dan Botella (85’).  Hasil ini membuat Madrid melaju ke final dengan agregat 11-4.

5 Klub Sepakbola yang Sering Tampil di Final Liga Champions, Real Madrid Teratas?

Barca hanya bisa membalas dengan satu-satunya gol yang lahir menjelang masa injury time melalui Mariano Martin Alonso. Namun, kemenangan Madrid sedikit tercoreng.

Rupanya, pemain Barca saat itu ketakutan setelah diktator Jenderal Fransesco Franco yang berkuasa di Spanyol pergi ke ruang ganti. Dia memperingatkan pemain Barcelona tentang konsekuensi jika mereka memenangkan pertandingan. 

"Real Madrid tidak pernah memamerkan pertandingan itu. Itu karena duel tersebut bukanlah pertandingan sepakbola," kata sejarawan, Joan Barau, dilansir Goal. 

"Madrid bisa membalikkan kedudukan bukan hal mengejutkan. Apa yang mengejutkan adalah hasilnya. Ini dengan sempurna menjelaskan bahwa ini adalah penghinaan. Ini lebih mirip disebut sirkus Romawi dibandingkan pertandingan sepakbola," lanjutnya. 

Saat itu, Spanyol di bawah kepemimpinan diktator Jenderal Franco yang asli Madrid. Setelah melihat hasil leg pertama, dia mengirimkan pejabatnya ke markas Los Blancos. Pemerintah dikabarkan memasuki ruang ganti Barcelona, lalu mengancam para pemain dan keluarganya. 

Hasilnya, Barca bermain dengan penuh ketakutan di lapangan. Para pemain Madrid tampil sangat mendominasi dan sukses meluluhlantakkan Blaugrana. 

"Peringatan tersebut membuat para pemain Barcelona berpikir apakah perlu memberikan perlawanan atau tidak sama sekali. Dan akhirnya, mereka memilih tidak melawan," ujar Barau.

Pada akhirnya, Madrid harus puas menjadi runner up Copa del Rey. Los Blancos kalah 0-1 dari Athletic Bilbao dalam laga final.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya