Kejam, Bruno Fernandes Bunuh Kekasihnya Usai Ngaku Hamil

Ilustrasi Pembunuhan
Sumber :
  • Freepik

VIVA Bola – Pada 2010 silam dunia sepakbola dihebohkan oleh kabar mengerikan dari Brasil. Seorang pesepakbola profesional dengan sadis mengakhiri wanita yang merupakan kekasihnya sendiri. 

Juergen Klopp Dibuat Bingung dengan Kekecewaan Erik ten Hag

Pemain itu bernama Bruno Fernandes. Namun, sosok ini bukanlah Bruno Fernandes gelandang Manchester United, melainkan seorang kiper untuk klub Serie A Brasil, Flamengo

Bruno Fernandes digadang-gadang bakal menjadi kiper utama Timnas Brasil di Piala Dunia 2014, dimana negara itu menjadi tuan rumah. 

Kobbie Mainoo Beber Sebab Kegagalan Man Utd Kalahkan Liverpool

Namun, semua berbalik 180 derajat, karena ketika perhelatan pesta sepakbola terbesar di bumi itu, karier Bruno Fernades compang-camping, bahkan hancur lebur.

Soal Man Utd Vs Liverpool, Klopp: Tembakan 15-0 Sungguh Luar Biasa

Sebabnya, Bruno Fernandes harus mendekam dipenjara karena telah membunuh, memutalasi Eliza Samudio, kekasihnya. S

Sadis, tak sampai di situ, ia juga memberikan potongan tubuh Eliza sebagai makanan anjing. Semua itu bermula pada 21 Mei 2009. Eliza memberi tahu bahwa dia mengandung anak Bruno. 

Namun, pemilik nama lengkap Bruno Fernandes das Dores de Souza tersebut malah memutuskan hubungan cinta mereka. Bruno geram karena Eliza tak mau menuruti permintaannya untuk mengaborsi janin tersebut. 

Setelah putus, Bruno tetap dengan sifat kencanduan seksnya. Dia berkencan dengan seorang dokter gigi bernama Ingrid Cavalcanti.

Ketidakpastian hubungan membuat Eliza mengajukan gugatan paternitas dan tunjangan anak terhadap Bruno. 

Namun, hal itu semakin membuat Bruno kehilangan akal sehat. Pada 13 Oktober 2009, Eliza melapor ke kepolisian Rio De Janeiro bahwa Bruno bersama beberapa temannya telah menculiknya dan memaksanya minum obat untuk melakukan aborsi. 

Dia juga menuduh Bruno bersama rekan-rekannya itu memukulinya dan mengatakan kepada petugas bahwa Bruno menodongkan pistol ke kepalanya. Bruno membantah hal itu dan menyebut Eliza telah berbohong. 

"Ini bukan pertama kalinya dia berbohong untuk membuatku dalam masalah," katanya dalam sebuah pernyataan," dilansir BBC. 

"Dia tak bisa menerima kenyataan bahwa saya tidak ingin menjalin hubungan dengannya. Saya tidak akan memberikan waktu untuk wanita itu mendapatkan popularitas dengan tuduhannya," sambungnya. 

Pada Februari 2010, Eliza melahirkan seorang bayi laki-laki di Sao Paulo, tempat dia tinggal bersama seorang teman. Lahirnya sang anak, buah dari hubungannya dengan Eliza tak membuat hati Bruno melunak. 

Dia tetap menolak bayi itu adalah anaknya, Bruno juga menolak untuk mengikuti tes DNA. Tanpa bantuan finansial, Eliza dan anaknya cuma mengandalkan belas kasih dari teman-temannya. 

Posisi Bruno saat itu semakin tersudut, kesengsaraan Eliza terus menjadi pemberitaan pers Brasil dan membuat nama baiknya semakin tergerus. 

Menurut jurnalis Leslie Leitao, penulis Unsavable, sebuah buku terlaris tentang kasus tersebut, Eliza diminta oleh Bruno untuk berhenti bicara pada pers agar masalah mereka bisa cepat selesai. 

Namun, itu hanya akal-akalan Bruno saja. Pada 10 Juni 2010, Sore itu, dia dan bayinya dibawa ke sebuah rumah di kota lain, Belo Horizonte. 

Tega, Bruno menyewa Marcos Aparecido, seorang mantan polisi untuk menghabisi nyawa kekasihnya. Tak sampai disitu, setelah meninggal, jasad Eliza dipotong-potong dan diberikan ke anjing. 

Sementara Bruno mencoba menyembunyikan bayinya dari polisi setelah pencarian Eliza dimulai. Bayi Bruno ditemukan oleh petugas polisi di sebuah permukiman kumuh di Ribeirao das Neves, di pinggiran Belo Horizonte.

 

Tiga tahun setelah kejadian sadis itu, Bruno menyerahkan dirinya ke polisi Rio. Saat itu, penyidik sudah mendapatkan cukup bukti. Bruno akhirnya dijatuhi hukuman 22 tahun penjara pada 2013. 

Sementara sang pembunuh bayaran dihukum dengan 36 tahun penjara, 22 tahun untuk pembunuhan Eliza dan 14 tahun untuk pembunuhan sebelumnya yang sudah diadili. 

Pada Juli 2019, pengadilan di negara bagian Minas Gerais memberi Bruno hak untuk menjalani sisa hukuman dalam sistem semi terbuka, yang memungkinkan narapidana tidur di rumah. 

Pada 2020 lalu, Bruno mendapatkan tawaran kontrak dari klub amatir Esportivo Varzea Grandense. Namun, gelombang protes dari masyarakat Brasil membuat pihak klub membatalkan kontrak itu. Manajemen tim khawatir jika memaksakan kontrak Bruno akan berefek negatif pada klub. 

Simak artikel sportainment dan soccertainment menarik lainnya dengan klik di sini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya