Allardyce: Inovasi, Bandit Offside dan Selevel Barcelona

Mantan manajer pelatih timnas Inggris, Sam Allardyce
Sumber :
  • REUTERS/Phil Noble
VIVA.co.id
Target Winger Muda MU Musim Ini: 2 Trofi dan 10 Gol
- Sam Allardyce menurut banyak pihak bukan pelatih yang revolusioner. Tak banyak yang sadar, banyak inovasi-inovasi baru yang dibawa pelatih West Ham United itu sepanjang karirnya termasuk menjadi "bandit dalam aturan offside".

Bintang Muda MU Keluarkan 'Jurus Messi' untuk Kalahkan Barca

Allardyce berkali-kali berkomentar kalau dirinya saat ini akan melatih Real Madrid kalau saja namanya 'Allardici', menunjukan kalau dirinya merasa tidak mendapat pengakuan sebagai pelatih besar. Padahal, banyak terobosan yang dibuat sepanjang karirnya di sisi lapangan.
Pogba Sempurnakan Tim Impian Mourinho di MU


Pria asal Dudley, Inggris, ini menjadi orang pertama yang menggunakan analisa data saat masih melatih Bolton Wanderers. Memanfaatkan sistem pinjam dan peraturan Bosman untuk merekrut pemain seperti Youri Djorkaeff, Jay-Jay Okocha, dan Ivan Camp.


Selain itu, Allardyce juga memperkenalkan para pemainnya dengan ruang cryogenic di Polandia untuk menambah pemulihan otot selama pramusim. Setelah itu, memasang unit cryotherapy di Bolton. Padahal, saat itu belum ada klub Premier League yang melakukan hal serupa.


Tapi, 'Big Sam' juga sadar nilai-nilai hiburan dalam tim. Pernah dalam satu waktu mengajak seluruh skuadnya untuk balapan menuruni bukit dengan sebuah toilet duduk yang sudah dipasangi mesin. Lalu pada suatu hari di musim dingin, Allardyce membatalkan latihan karena terlalu dingin dan malah membuat turnamen dart antar para pemain.


Terakhir, status salah satu pelatih paling inovatif di Premier League pantas disematkan pada Allardyce dalam upayanya memanipulasi interpretasi baru dalam aturan offside saat masih bersama The Cottagers.


Allardyce setidaknya menjadi pelatih Premier League pertama yang coba memanfaatkan interpretasi baru soal offside. Sejak awal musim 2003-04, seorang pemain dinyatakan aktif dalam offside hanya saat menyentuh bola atau mendapatkan keuntungan. Ini menjadi celah yang dipergunakannya.


Setiap tendangan bebas, Allardyce akan meminta dua pemainnya berdiri di ujung kotak kecil di dalam kotak penalti lawan, di belakang lini terakhir lawan. Mereka offside tapi tak akan dihitung asal bola tidak mengarah ke arah mereka.


Saat tendangan bebas ditendang, dua pemain ini akan langsung mundur saat bek-bek lawan mundur mengantisipasi bola. Guna dua pemain ini adalah memanfaatkan bola liar hasil upaya membuang tendangan bebas, karena akan dinilai onside.


Skema ini sering membingungkan lawan walaupun juga tidak sejalan dengan niat utama aturan offside ini, tetapi Allardyce sangat berhasil memanfaatkan celah dalam regulasi tersebut.


Memang perlahan skema seperti ini mulai terlupakan dan ketemu resepnya oleh para pemain belakang lawan, namun strategi seperti ini membuka kesadaran para penyerang soal keuntungan "nongkrong" di area offside, beroperasi di belakang garis pertahanan lawan.


Penyerang yang rajin melakukan hal ini adalah eks bomber Manchester United asal Belanda, Ruud van Nistelrooy. Skema yang dilakukannya ini memaksa pertahanan lawan untuk bermain lebih dalam, membuat posisi aktif onside lebih luas dan juga menambah ruang di lini tengah.


Meski skema mempermainkan offside kini sudah jadi barang biasa, tapi taktik Allardyce mengeksploitasi aturan tersebut saat itu merupakan strategi inovatif. Layaknya taktik tiki-taka yang dikembangkan Barcelona di bawah asuhan Pep Guardiola. Allardyce dan Guardiola ternyata 11-12.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya