Drogba, Trofi Liga Champions & Rahasia Kamar Ganti Chelsea

Mantan bintang Chelsea Didier Drogba
Sumber :
  • REUTERS

VIVA.co.id - Mantan striker Chelsea, Didier Drogba, menulis otobiografi, Commitment, yang dirilis pekan ini. Dia menceritakan beberapa rahasia ruang ganti, terutama soal hubungan antarpemain yang sempat menjadi kunci sukses Chelsea.

Dilansir dari Sports Mail, Kamis, 19 November 2015, pemain asal Pantai Gading itu menjadi salah satu bintang Blues, yang dinilai pantas menguak tentang isi dapur Chelsea sejak dibeli Roman Abramovich pada musim panas 2003.

Drogba pindah ke Stamford Bridge dari Marseille pada Juli 2004, bersamaan dengan datangnya Jose Mourinho. Dia sukses membantu Chelsea meraih titel Premier League pada musim pertamanya, atau musim kedua di tangan Abramovich.

Dia datang ke Chelsea, tanpa tahu banyak tentang klub London itu. "Saya melihat seorang pemain tinggi, kuat yang terlihat begitu muda. Dia berjalan dengan gaya, yang membuat saya mengiranya berasal dari tim cadangan," kata Drogba.

"Saya berpikir itu menarik. Mereka (klub) telah membawanya (dalam latihan) untuk memperoleh sedikit pengalaman bersama skuad senior. Pada akhir sesi latihan, saya bertanya pada pemain lain, siapa pemain muda itu," ucapnya.

Pemain yang ditanya Drogba menjawab, itulah sang kapten yaitu John Terry. "Seperti itulah bagaimana sedikitnya saya tahu tentang Chelsea. Saya bahkan tidak mengenal kapten muda mereka."

Figur Pemersatu

Chelsea sukses meraih titel Premier League, dua musim beruntun sejak datangnya Drogba. Namun, ternyata bagi Drogba, itu adalah 24 bulan yang sulit baginya. Dia merasa tidak betah dan berpikir untuk kembali ke Prancis.

Dia mengisahkan bagaimana pengaruh Frank Lampard, menjadi satu-satunya alasan dia tetap bertahan. Gelandang legendaris The Blues itu mengirimkan pesan singkat (SMS) pada Drogba, meyakinkannya untuk tetap berada di Chelsea.

"Orang yang bertindak sendiri, meyakinkan saya untuk tinggal adalah Frank Lampard," ujar Drogba. Akhirnya, tercipta hubungan yang solid antara Lampard, Terry, Drogba dan Petr Cech.

Lampard memutuskan hengkang setelah kontraknya berakhir pada Juni 2014. Para pemain Chelsea tetap terlihat solid pada musim 2014/2015, bahkan menjadi jawara Premier League dan Eden Hazard bersinar sepeninggal Lampard.

Namun, itu hanya satu musim, karena situasi berubah total musim ini. Tim seolah kehilangan figur penyemangat dan pemersatu. John Terry, sang kapten, tidak dapat menggantikan peran Lampard sebagai pengawal soliditas dan mental pemenang tim.

Kekuatan Pemain


MU Mainkan Mkhitaryan Lagi, Mourinho Tidak Puas

Hubungan di Chelsea diwarnai dengan konflik, termasuk antara manajer dan pemilik yang mengakibatkan perginya Mourinho pada September 2007. Dia digantikan oleh Avram Grant yang tidak bertahan lama.

Avram Grant digantikan oleh Luiz Felipe Scolari pada 1 Juli 2008. Pelatih asal Brasil itu langsung mengatakan pada Drogba, bahwa dia tidak akan pernah dimainkan lagi selama kepemimpinannya. Drogba diminta mencari klub baru dan pindah pada bursa transfer Januari.

Scolari ingin Drogba segera pergi. Dia ingin mengisi tempat yang ditinggalkan Drogba dengan Adriano, mantan striker Inter Milan yang akhirnya cuma dikenal karena masalahnya dengan bobot badan, daripada jumlah gol yang  pernah dibuatnya.

"Saat saya meninggalkan pertemuan (dengan Scolari), hal pertama yang saya lakukan adalah berbicara dengan Abramovich, menjelaskan situasi melalui salah seorang asistennya," kata Drogba.

Dia kemudian memperoleh jawaban bahwa klub tidak menginginkannya pergi kemana pun. Pada 9 Februari 2009, Scolari dipecat karena berusaha untuk mendepak Drogba. Situasi itu memperlihatkan bagaimana pemain punya pengaruh di Chelsea.

Namun, pada akhirnya, Drogba tetap tersisih di akhir masa kepemimpinan Andre Villas-Boas yang menggantikan Scolari. Drogba bermain untuk Shanghai Shenhua pada Mei 2012, setelah Chelsea tidak memperpanjang kontraknya.

Drogba kembali ke Chelsea pada Juli 2014, bersamaan dengan ditunjuknya lagi Mourinho sebagai manajer. Trofi Premier League pun menyertai kembalinya Drogba dan Mourinho ke Stamford Bridge.

Taktik Chelsea



Roberto Di Matteo membawa keluar Chelsea dari masalah, hingga menjadi juara Liga Champions pada 2012. Kesuksesan didapatnya hanya dalam waktu 3 bulan, sejak ditunjuk menggantikan Villas-Boas.

Skuad Chelsea terdiri dari para pemain yang mulai menua, tapi penuh pengalaman. Mereka sukses meredam serangan bertubi-tubi Barcelona, pada leg 2 semifinal Liga Champions di Camp Nou.

Pelatih dan staf kembali mengatur taktik pada waktu istirahat. Namun, suara paling keras justru dari para pemain.

"Semua pemain maju memikul tanggung jawab," kata Drogba. Soliditas tim menjadi sumber kekuatan Chelsea.

"Manajer meminta Branislav Ivanovic bermain sebagai bek tengah, tapi Jose Bosingwa mengatakan dia yang akan mengisi posisi itu. Bosingwa juga mengatakan pada pemain lain, tentang peran yang harus mereka mainkan," ujarnya.

Drogba menulis pada bukunya, dia tidak peduli posisi apa yang harus dijalaninya asal tim keluar sebagai pemenang. "Saya bisa bermain sebagai bek kiri jika perlu. Kami tidak butuh striker, saya akan bermain sebagai striker dan bek kiri. Apa pun yang dibutuhkan."

Hampir selama 45 menit babak kedua, para pemain Chelsea hanya berkumpul di sekitar area penalti mereka. Pada akhirnya Chelsea sukses lolos dari kandang Barcelona, lalu menghadapi raksasa Jerman Bayern Munich di final.

Chelsea kembali tampil bertahan, hingga Thomas Mueller berhasil membuat Bayern unggul 1-0 pada menit ke-83. Drogba sukses mencetak gol penyeimbang di menit 88. Dia kembali mencetak gol penentu saat adu penalti. Itulah trofi perdana Chelsea di arena Liga Champions. (one)

Eks bos Chelsea Guus Hiddink

Bertemu Conte, Hiddink Minta Saran soal Inter Milan?

Pemilik baru Inter Milan menginginkan Hiddink jadi bos sementara.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016