Program USO Indonesia Dipuji, Bakal Ditiru Dunia

Sekretaris Jenderal ITU, Houlin Zhou bersama Menkominfo Rudiantara
Sumber :
  • VIVA/Novina Putri Bestari

VIVA – Sekretaris Jenderal International Telecomunication Union atau ITU, Houlin Zhou melakukan kunjungan kerja ke Indonesia. Zhou memuji beberapa inisiatif yang dilakukan industri telekomunikasi di Indonesia untuk makin menghubungkan masyarakat.

Indonesia Diminta Belajar dari Inggris dan Turki

Dalam General Lecture di Kementerian Komunikasi dan Informatika, Selasa 30 Januari 2018, Zhou mengatakan, saat ini memasuki era pentingnya teknologi informasi dan komunikasi di seluruh dunia. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan huruf 'e' pada beberapa kegiatan, seperti e-commerce dan e-government

Zhou menuturkan, teknologi informasi memang sebagai salah satu cara pembuat perubahan. Namun, harus banyak didukung banyak pihak, termasuk soal pendanaan. Zhou melihat Indonesia memiliki penduduk dengan jumlah yang banyak dan pemerintah serius mengembangkan teknologi informasi ini.  

Pemimpin Pasar Telekomunikasi Global Dukung Ekonomi Digital Indonesia

"Pemerintah (Indonesia) sangat mendukung perkembangan ICT dengan peraturannya. Diskusi pagi ini (dengan Menteri Kominfo Rudiantara) bahwa ia sangat cakap dan memiliki ambisi untuk perkembangan ICT. Saya sangat senang melihat Indonesia tumbuh dengan cepat, menjadi nomor dua di wilayah ASEAN. Negara ini memiliki tujuan dan misi yang jelas,” tuturnya.

Rudiantara menyatakan, salah satu fokus yang menjadi perbincangan dengan Zhou adalah perkembangan pita lebar (broadband) di Indonesia yang sangat unik dan kebijakan pemerintah atas teknologi informasinya.

Industri Telekomunikasi 2023: Tetap Optimis meski Tidak Baik-baik Saja

Termasuk menjadi contoh kebijakan Universal Service Obligation (USO) yang belum ada di negara lain. USO merupakan bagian dari kewajiban pemerintah dalam memberikan pelayanan universal di bidang telekomunikasi dan informasi kepada publik.

"Ini yang sebenarnya mau dicontek oleh ITU kepada negara lain adalah kebijakan USO-nya yang tidak hadir di negara lain. Solusi menyelesaikan akses kan ada 3,5 miliar yang belum terakses, bagaimana menyelesaikannya itu salah satunya contohnya yang ada di Indonesia," kata Rudiantara. 

Ia menuturkan, USO bergantung pada kebijakan keberpihakan. Pemerintah, menurutnya, sangat mendukung kebijakan tersebut dengan menambahkan pendanaan tanpa membebani kepada industri. 

Digital ASEAN 

Dalam sambutannya, Rudiantara mengatakan, acara temu dengan Zhou diharapkan bisa berguna bagi semua pihak, termasuk kepada orang-orang yang belum terkoneksi dengan teknologi internet. Rudiantara berbicara mengenai masih banyaknya tempat di Indonesia yang belum terkoneksi dengan teknologi internet. 

"Ribuan sekolah di Indonesia mulai dari SD, SMP, dan SMA masih belum full terkoneksi dengan internet. Rencananya bahwa internet bisa digunakan oleh (para) siswa sekolah," ujarnya. 

Dia mengatakan, Indonesia menjadi bagian dari Digital ASEAN Initiative dan Board Governors dari Global Digital ASEAN dalam World Economic Forum yang diadakan di Davos, Swiss. 

"Benefitnya, di ASEAN mereka mengapresiasi posisi Indonesia bahwa sebetulnya walaupun penetrasi internetnya 145 juta, kurang lebih ya. Tetap saja 145 juta itu lebih besar daripada penduduk negara ASEAN mana pun," jelas Rudiantara.

Menurutnya, hal ini lah yang dilihat oleh forum internasional bahwa Indonesia bisa menjadi contoh perkembangan digital di ASEAN. 

Selain itu, dalam forum yang sama, Rudiantara ditunjuk menjadi anggota kelompok pembina bersama 17 anggota lainnya. Rudiantara menyebutkan, dalam forum tersebut berdiskusi mengenai bagaimana teknologi ke depan, termasuk keamanannya akan seperti apa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya