Benarkah Suara Hujan Deras Bikin Efek Mengantuk?

Ilustrasi hujan.
Sumber :
  • www.pixabay.com/StockSnap

VIVA – Suara yang ditimbulkan dari air, misalnya deburan ombak hingga deru hujan deras ada yang meyakini bisa membuat efek mengantuk. 

Dokter Indonesia Dapat Kesempatan Berkarier di Korea

Entah benar atau tidak, efek yang disebut drowsing itu nyatanya terkait dengan respons otak manusia menafsirkan suara yang terdengar. Otak akan menerjemahkan suara yang terdengar dalam dua kategori, yakni suara sebagai ancaman dan suara sebagai non ancaman. 

Menurut peneliti kesehatan perilaku biologi Universitas Negeri Pennsylvania Amerika Serikat, suara ombak dan hujan deras dikategorikan sebagai suara non ancaman. Beda halnya dengan jeritan dan alarm keras jam, yang masuk sebagai suara kategori ancaman. 

Yayasan Sativa Nusantara Resmi Serahkan Policy Brief Ganja Medis

Otak akan merespons dua kategori suara itu secara berbeda. Untuk suara kategori ancaman, orang akan melakukan tindakan menghentikan atau berusaha sekuat mungkin menghindari suara tersebut. Sementara itu, atas suara non ancaman, orang akan merasakan kenyamanan. 

"Suara-suara yang lamban dan suara deru merupakan suara non-ancaman. Itulah kenapa suara ini menenangkan orang," tutur profesor kesehatan perilaku biologi Universitas Negeri Pennsylvania Amerika Serikat, Orfeu Buxton dikutip dari Live Science, Kamis 15 Februari 2018.

Ilmuwan Ini Berhasil Ciptakan Koper Bertenaga Al, Permudah Tunanetra Navigasi Lingkungan

Dia menjelaskan, respons otak atas suara yang terdengar bukan sebatas soal volume yang dihasilkan. Hal lain yang lebih penting dari suara selain volume yakni bagaimana karakter suara mengaktifkan sistem kewaspadaan atas ancaman pada otak. 

Ilustrasi hujan.

Makanya, tak heran, respons seseorang berbeda saat mendengar suara deburan ombak dan deru hujan dibanding suara dering telepon yang memecah kesunyian maupun suara jeritan. 

Untuk sampai pada kesimpulan itu, Buxton dan timnya melakukan studi pada 2012 dengan melibatkan responden di lingkungan rumah sakit. Dalam studi itu, responden diuji dengan beragam suara dan diukur bagaimana responsnya terhadap suara tersebut. 

Saat diuji dengan suara volume rendah sekitar 40 desibel, atau setara sebuah bisikan, dari alarm peralatan rumah sakit, dan ternyata suara itu membangkitkan responden dari 90 persen tidur ayamnya atau tidur selama kurun waktu 20 menit. Suara dari peralatan rumah sakit itu juga membangunkan responden dari 50 persen tidur nyenyak mereka. 

Kemudian suara lain, yakni suara helikopter dan lalu lintas, yang setara dengan 70 desibel, tidak sesering membangunkan responden dibandingkan suara alarm peralatan rumah sakit, dering telepon dan percakapan manusia yang pelan.

Alasan lain suara berair bisa membuat orang mengantuk, sebab suara tersebut, khususnya jika sifatnya nyaring, tidak kategori mengancam. Suara air yang menenangkan juga menghalangi suara yang akan ditafsirkan otak sebagai ancaman. 

Untuk itu, Buxton berpandangan, tak heran alat bantu tidur dengan tema air terbukti tokcer selama beberapa dekade untuk membuat orang tidur, baik itu alat bantu dari kaset, CD, MP3 sampai aplikasi perangkat mobile. Dia mengatakan, mengingat era saat ini, aplikasi layak untuk dijadikan sebagai alat bantu tidur. 

"Saya pikir aplikasi bagus karena bisa memanggil suara-suara itu dan jelas membantu orang tidur," tuturnya.  

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya