Hati-hati, Ada Cara Baru Kuras Mesin ATM

Ilustrasi pembobolan mesin ATM
Sumber :
  • www,pcper.com

VIVA – Pada Juli 2016 sekelompok peretas berhasil mencuri lebih dari US$2 juta di Taiwan. Uang sebanyak itu diambil dari sejumlah ATM. Tidak dengan model lama lewat skimmer, komplotan itu menggunakan cara baru yang disebut jackpotting.

WNA Asal Rusia Kongkalikong dengan Hacker Meksiko Bobol ATM di Palembang

Jackpotting sudah banyak beredar di beberapa kawasan. Awal tahun ini, pemerintah Amerika Serikat lewat beberapa lembaga seperti, FBI, CIA dan Secret Service mengingatkan jackpotting telah masuk ke AS. Tidak menutup kemungkinan Indonesia akan menjadi negara sasaran berikutnya.

Dalam keterangannya Senin 19 Februari 2018, pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan, jackpotting ini jauh lebih berbahaya dibanding teknik skimming pada sistem mesin ATM. Model pencurian dengan jackpotting ini bisa mengakibatkan seluruh uang di dalam mesin ATM tersedot keluar.

AS Tuntut 7 Warga China atas Peretasan Jahat yang Disponsori Negara

“Jackpotting sangat berbahaya, dalam waktu singkat bisa menguras mesin ATM. Dalam serangannya, para pencuri ini memerlukan akses fisik ke mesin ATM untuk melakukan instalasi malware langsung ke mesin ATM,” jelas chairman lembaga riset keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) ini.

Kaca cembung pada mesin ATM.

Indonesia Mendapat 97 Ribu Serangan

Pratama menuturkan, pendekatan keamanan yang perlu ditingkatkan menghadapi metode jackpotting ini sama seperti skimming, yaitu pendekatan keamanan ATM. Di AS misalnya, pelaku diketahui menyamar menggunakan seragam petugas ATM, sehingga mempunyai waktu yang cukup untuk memasang malware pada ATM.

“Kekhawatiran aparat di AS adalah praktik jackpotting akan menimbulkan ketidakpercayaan pada sistem perbankan. Ini berbahaya, dalam jumlah cukup besar ketidakpercayaan itu bisa menimbulkan krisis ekonomi seperti 1998, yang mana masyarakat ramai-ramai menarik uang dari bank,” jelasnya.

Di AS, pelaku jackpotting menyasar lokasi yang diketahui lambat penanganannya, baik dari aparat maupun instrumen hukum.  Para pelaku akan berpindah lokasi dan mereka selalu memilih daerah yang kemungkinan minim aparat.

“Kami pasti berharap jackpotting tidak ada di tanah air, namun dengan akses internet yang mudah, teknologi ini akan cepat menyebar. Solusinya memang lebih ke peningkatan keamanan fisik ATM. Masyarakat juga bisa memilih ATM di lingkungan yang lebih tertutup dan dijaga oleh pihak keamanan,” terang pria asal Cepu, Jawa Tengah, ini.

Dia mengharapkan Bank Indonesia bisa mengingatkan pada para pelaku perbankan untuk waspada sejak dini, agar jackpotting tidak mewabah di tanah air.

Selain jackpotting, masih ada pekerjaan rumah lama yang belum selesai, yaitu pemakaian Windows XP pada sebagian besar mesin ATM di tanah air. Menurut Pratama ini berbahaya karena bisa meningkatkan risiko kebobolan pada mesin ATM. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya