Kronologi Bobolnya Data Pengguna Versi Bos Facebook

Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic

VIVA – Chief Executive Officer Facebook, Mark Zuckerberg buka suara menyangkut skandal bocornya data 50 juta pengguna media sosial tersebut untuk kepentingan politik pemenangan Donald Trump. 

Menerapkan Perlindungan Data Pribadi Bukan Tugas yang Mudah

Bos Facebook mengakui skandal tersebut membuat perusahaannya menjadi sorotan publik. Facebook menegaskan, bertanggung jawab melindungi data pengguna. Pendiri Facebook itu mengatakan, perusahaan bukan tanpa komitmen mencegah kejadian bocornya data pengguna. Sejak lama mereka telah mengantisipasi bocornya data pengguna. 

Dia menjelaskan, Facebook sudah mengambil tindakan yang paling penting untuk mencegah adanya penyalahgunaan data pengguna, namun faktanya skandal bocornya data pengguna melalui Cambridge Analytic, memang menodai upaya Facebook. Bos Facebook itu mengakui, sekuat apapun dalih dan pembelaan perusahaan, skandal Cambridge itu tetap merupakan kesalahan perusahaan. 

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

"Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa, maka kami tidak layak untuk melayani Anda," jelas Zuckerberg dalam postingan di akun Facebooknya, dikutip Kamis 22 Maret 2018.

Berikut kronologi bocornya data pengguna menurut versi Zuckerberg:

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

1. Berbagi informasi pengguna pada 2007

Zuckerberg menuliskan, pada 2007 menginginkan Facebook bisa menjalankan visi lebih bersifat sosial. Platform media sosial ini ingin bisa memberitahukan ulang tahun teman, di mana lokasi tinggal teman dan lainnya. Untuk itu, menurutnya, Facebook kemudian memungkinkan orang masuk ke aplikasi Facebook dan berbagi informasi pengguna ke teman siapa saja.

Ilustrasi Facebook.

2. Bekerja sama dengan profesor psikologi data pada 2013

Benih skandal bocornya data pengguna bermula dari perkenalakan Facebook dengan peneliti. Enam tahun setelah visi sosial Facebook tersebut, seorang peneliti Universitas Cambridge Inggris, Aleksandr Kogan menciptakan aplikasi kuis kepribadian. Aplikasi ini dipasang sekitar 300 ribu pengguna yang berbagi data pengguna dan teman pengguna. 

Dengan cara kerja platform Facebook yang bersifat sosial, Kogan bisa mengakses puluhan juta pengguna tersebut. 

3. Coret aplikasi pemanen data pengguna pada 2014

Facebook mengantisipasi penyalahgunaan data. Maka, untuk mencegah aplikasi yang mengganggu data pengguna, pada 2014 Facebook mengubah seluruh platformnya. Tujuannya membatasi data-data yang dapat diakses secara dramatis dan berpotensi melanggar data pribadi pengguna. 

Aplikasi seperti milik Kogan termasuk salah satu aplikasi yang dicoret dari platform Facebook. Aplikasi jenis itu tidak bisa lagi mendapatkan data teman pengguna Facebook, kecuali pengguna mengizinkan aplikasi. 

Facebook makin ketat melindungi data pengguna. Sebagai langkah perlindungan, Zuckerberg mengatakan, pengembang mereka wajib mendapatkan persetujuan dari Facebook sebelum meminta data sensitif dari pengguna. Bos Facebook itu menegaskan, langkah ketat ini bertujuan mencegah aplikasi seperti milik Kogan, memanen data pengguna. 

4. Blokir aplikasi buatan Kogan pada 2015 

Facebook merasa 'terjebak' dengan aplikasi besutan Kogan. Pada 2015, Facebook mendapat pengalaman dari investigasi jurnalis The Guardian, yang menemukan Kogan, dengan aplikasi besutannya, telah berbagi data ke firma politik Cambridge Analityca. 

Facebook marah besar. Apa yang dilakukan Kogan tersebut jelas melanggar kebijakan Facebook soal berbagi data pengguna. Sebagaimana telah dikeluarkan Facebook, untuk berbagi data pengguna harus seizin yang bersangkutan. 

Sedangkan yang dilakukan Kogan tanpa mendapatkan persetujuan pengguna. Maka Facebook mengambil langkah tegas, memblokir aplikasi besutan Kogan dari Facebook. 

Selain memblokir, Facebook menuntut Kogan dan Cambridge Analityca harus memastikan telah menghapus semua data pengguna yang dpanen dengan dengan ilegal. Menurut Zuckerberg, Kogan dan firma tersebut menyanggupi tuntutan Facebook itu. 

Aleksandr Kogan, pria yang bertanggung jawab atas kebocoran data Facebook

Aleksandr Kogan

5. Facebook ditipu Kogan 

Pertengahan Maret, Zuckerberg menuliskan, Facebook mempelajari investigasi dari The Guardian, New York Times dan Channel 4, ternyata Kogan dan mitranya menipu, dan tidak menghapus data seperti yang mereka tegaskan sebelumnya. 

Begitu mengetahui hal itu, Facebook langsung melarang forma tersebut menggunakan Facebook.

Dalam dalihnya, Cambridge Analytica mengklaim telah menghapus data dan menyetujui audit forensik oleh perusahaan yang disewa Facebook. Media sosial raksasa itu juga bekerja sama dengan regulator untuk menyelidiki skandal ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya