Jelang Pilkada, Skandal Facebook Bakal Makin Masif

Sosialisasi cara menggunakan hak suara dalam Pilkada 2018
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Didik Suhartono

VIVA – Pakar kejahatan siber, Gildas Lumy menyatakan, kesadaran masyarakat Indonesia akan keamanan informasi masih rendah. Orang Indonesia masih cenderung biasa saja menanggapi masalah hoaks atau penyalahgunaan data pengguna Facebook yang sedang heboh saat ini. 

Menerapkan Perlindungan Data Pribadi Bukan Tugas yang Mudah

"Kalau di dunia nyata kita diperkosa heboh. Kalau diri kita dalam bentuk informasi kita diperkosa orang lain biasa-biasa aja tuh, cenderung menikmati," jelasnya di Jakarta, Selasa 3 April 2018. 

Gildas menuturkan, pengukuran kesadaran keamanan informasi bisa dilihat seberapa jauh pengguna menganggap dirinya berharga sampai seberapa jauh mereka memproteksi dirinya. 

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Menurutnya penyalahgunaan data Facebook saat ini hanya awal dari sesuatu yang besar. Pengguna juga belum bisa mengetahui apakah data milik mereka diambil pihak lain atau tidak. 

Gildas menegaskan, penyalahgunaan atau penambangan data tidak hanya terjadi di media sosial tapi juga di tempat lain.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

"(Bisa diketahui) setelah gunung es-nya kelihatan. Masih besar sekali. Penambangan data tidak hanya berbicara media sosial. Banyak industri melakukan itu, perbankan saat isi formulir kartu kredit," jelasnya. 

Mendekati Pemilu, menurutnya, setelah skandal Facebook akan banyak partai politik yang akan mencari solusi untuk penambangan data.

Sorot Facebook - Masyarakat pengguna media sosial

Menurut pengamat media, Daniel Remberth, firma analisis data politik asal Inggris, Cambridge Analytica telah ada sejak Pemilu 2009. Ia mengatakan, mendekati Pemilu peristiwa yang terjadi pada Facebook akan terjadi secara masif. 

"Mendekati Pilkada makin masif. Kemungkinan besar ada, gini kemungkinan bisa (turun) jika mereka dinyatakan bersalah dan kemudian harus ditutup," jelasnya.

Namun jika pihak yang terlibat ditutup, menurutnya masih bisa ada tindak penyalahgunaan data karena sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan tersebut masih ada dan bisa berkembang. 

Ia menambahkan pemerintah dan pihak terkait harus bisa menangani apa yang terjadi di dunia maya. Karena jika terjadi perang di dunia maya akan sangat besar efeknya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya