- Dok. VIVA/ Misrohatun
VIVA – Country Manager Sophos Indonesia, Djuniarto Lukman, berbicara secara blak-blakan bahwa hacker yang melakukan serangan di Indonesia sebagian besar berasal dari dalam negeri.
"Terus terang sebagian besar hacker datang dari dalam negeri. Alasannya, karena mereka lebih mengenal budaya serta kebiasaan masyarakat. Makanya jangan heran kalau teman dekat juga bisa tiba-tiba menyerang," katanya usai acara Sophos Exclusive Interview, di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Selasa 27 November 2018.
Menurut Lukman, Anda dituntut untuk curiga karena adanya serangan model baru. Modusnya biasanya datang dari orang yang dikenal. Mereka meminta Anda untuk menyampaikan dukungan atau mem-vote dan memberikan sebuah link penipuan.
"Saat buka link memang benar ada fotonya, tapi saat kita akan memberi vote malah diminta password dan segala macam. Itu saya pernah mengalami dan sadar bahwa ini jebakan model baru," katanya.
Umumnya serangan datang kepada orang-orang awam, baik melalui media sosial maupun perpesanan instan WhatsApp. Di platform WhatsApp sendiri serangan biasanya datang dengan iming-iming promo. Lalu hacker akan meminta password akun Google hingga enkripsi kartu kredit.
"Bisa juga melalui e-mail yang modusnya dari perusahaan. Di surat elektronik itu hacker mengatakan bahwa karyawan mendapat kenaikan gaji dan meminta segera untuk disetujui," ujarnya.
Djuniarto melanjutkan, pencurian data tidak hanya terjadi di ponsel Android. Pada bulan lalu, diketahui sejumlah pengguna Apple juga mengalami kebobolan. Apple ID tersebut dimanfaatkan hacker untuk mencuri uang dari dompet digital pengguna, seperti WeChat dan Alipay.