Isu Pembangunan Kilang Minyak Layak Diangkat di Debat Capres

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kanan) bersalaman dengan capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Setneg-Agus Suparto

VIVA – Debat calon presiden (capres) putaran kedua yang bakal digelar Minggu, 17 Februari 2019 diketahui bertemakan energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup serta infrastruktur. Kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dikatakan telah menjawab tantangan mengenai energi yang bisa digunakan jangka panjang.

Pemilu 2024 Lebih Teduh Dibanding 2019

Direktur Eksekutif Center of Reform in Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan, keduanya telah memiliki gagasan, tinggal bagaimana kedua kubu menjawabnya secara teknis.

"Isu besarnya adalah masalah pembangunan kilang minyak. Ini masih menjadi konsen walaupun ke depan kita akan mengurangi konsumsi minyak," katanya di Hong Kong Cafe, Jakarta, Jumat, 15 Februari 2019.

AROPI: Dibanding Musim Pemilu 2019, Tingkat Kepercayaan Terhadap Lembaga Survei Naik 7,6%

Meski disebut akan mengurangi, kilang minyak harus tetap dibangun agar kelak bisa dimanfaatkan sebagian besar industri di masa depan, mulai dari industri plastik hingga tekstil.

Negara yang membangun kilang minyak akan banyak mendapat manfaat. Bisa dilihat di Singapura, meskipun negara itu tidak memproduksi minyak, namun mereka membangun banyak kilang yang bisa dimanfaatkan.

Profil Mayor Teddy, Dari Asisten Ajudan Jokowi Kini Jadi Ajudan Prabowo yang Diidolakan Kaum Hawa

"Seharusnya yang menjadi visi capres itu pembangunan energi, karena pembangunannya tidak bisa berjalan sendiri. Dia merupakan bagian terbesar dari pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Menurut dia, masing-masing capres harus bisa menjelaskan bagaimana mereka mendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya, sebagian besar sumber energi negara ada di Indonesia Timur, maka akan lebih baik memindahkan sebanyak mungkin industri ke luar Jawa.

Cara ini akan mendorong atau menekan biaya produksi, karena akan lebih dekat ke sumber energi. Di sisi lain cara ini akan menjawab pemerataan di Indonesia Timur, terutama Maluku dan Nusa Tenggara. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya