Facebook dan Google Hapus Video Penembakan Masjid di Selandia Baru

Ilustrasi pengamanan sementara menyusul penembakan.
Sumber :
  • Sumber BBC

VIVA – Aksi penembakan brutal di masjid Kota Cristchurch, Selandia Baru, yang disiarkan secara live streaming di akun Facebook membuat platform media sosial tersebut berbenah.

Proyek Bangun Masjid Mantan K-Pop Daud Kim di Incheon: Kontroversi Memanas, Warga Menolak!

Facebook menyatakan telah menghapus video itu. Berbekal laporan dari polisi, sesaat setelah kejadian, Facebook menyatakan langsung menghapus akun Facebook dan Instagram pelaku penembakan termasuk videonya.

"Kami juga menghapus seluruh (komentar) pujian atau dukungan untuk kejahatan dan pelaku penembakan segera setelah kami tahu," demikian pernyataan Facebook seperti dikutip Wired, Sabtu 19 Maret 2019.

Negara Ini Tuduh Iran sebagai Negara Teroris, Kok Bisa?

"Saat serangan tersebut terjadi, tim Facebook bekerja sepanjang waktu untuk merespon laporan dan memblokir konten, secara proaktif mengidentifikasi konten yang melanggar standar kami."

Facebook juga menyatakan menandai dan terus menghapus salinan video ketika diunggah kembali. Yang menjadi kesulitan bagi mereka, katanya, adalah jika ditemukan video live dan yang berasal dari berita.

Viral Imam Masjid di Turki Ajak Main Anak-anak di Masjid, Warganet: di Indo Mah Boro-boro

Senada dengan Facebook, Google juga mengatakan hal yang sama. Mereka menyatakan segera menghapus video setelah menyadari peristiwa brutal tersebut.

Namun posisi sulitnya, video dengan nilai berita akan tetap naik. Ini menjadi sulit karena Google harus memutuskan video mana yang memiliki nilai berita dan tidak.

Menurut Facebook dan Google, mereka telah mengembangkan dan mengimplementasikan perangkat otomatis yang bisa mendeteksi dan menghapus foto, video, dan teks yang melanggar kebijakan. Kalaupun video itu muncul usai diunggah kembali, akan secara otomatis dihapus Facebook dan Google.

Facebook menggunakan alat yang dikembangkan Microsoft, untuk menemukan gambar dan video pornografi anak. Sedangkan Google mengembangkan versi open source dari alat itu.

Perusahaan tersebut juga telah memiliki machine learning untuk menemukan konten baru yang mengganggu seperti pemenggalan kepala atau video menggunakan bendera ISIS. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya