Instagram Hapus Tagar Anti Vaksin

Instagram.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Media sosial berbagi gambar, Instagram tengah membatasi penyebaran tagar anti vaksin di platformnya. Langkahnya ini terkait dengan induknya, Facebook, yang juga sedang berperang melawan kelompok tersebut. Tagar anti vaksin memang diketahui telah muncul dalam beberapa bulan terakhir.

Aura Kasih Mendadak Umumkan Rehat dari Medsos, Warganet Bertanya-tanya

Dilansir dari Metro.co.uk, Sabtu 23 Maret 2019, juru bicara Instagram mengatakan, mencegah dan mengatasi kesalahan informasi terkait kesehatan di platform adalah bagian dari tugas mereka. Perusahaan sedang mencari cara untuk meminimalkan rekomendasi dari konten dan akun yang mengunggah hal yang berkaitan dengan itu, termasuk fitur 'disarankan untuk Anda'.

"Proses ini akan berlangsung selama beberapa minggu. Instagram akan mengambil tindakan jangka pendek. Kita tahu bahwa melawan informasi yang salah adalah komitmen jangka panjang," ujarnya.

Lolly Datangi Rumah Nikita Mirzani, Berharap Bisa Bertemu Meski 10 Menit

Tindakan jangka pendek yang dimaksud ialah pemblokiran tagar, misalnya #vaccinescauseautism. Pengguna yang mengkliknya akan dibawa ke halaman kosong. Tagar juga tidak akan muncul di penelusuran. Ini hanya sementara, karena perusahaan sedang terus mencari cara lebih aman dalam mengawasi platform.

Tidak hanya Instagram, ada pun YouTube yang juga sedang mengambil langkah berani. Mereka telah menghapus iklan dari video anti vaksin. Kemudian ada Pinterest yang juga telah memblokir terkait pencarian anti vaksin.

3 Mobil Berujung Tabrakan Karambol Akibat Keliru saat Menikung

Wakil Presiden Facebook untuk Manajemen Kebijakan Global, Monika Bickert mengatakan, sedang mengurangi distribusi hoax dan memberi kebenarannya.

"Kami sedang menjajaki cara untuk memberi informasi yang lebih akurat dari organisasi ahli vaksin yang kita letakkan di bagian atas pencarian, di halaman yang membahas topik tersebut dan undangan yang meminta masyarakat untuk bergabung dengan kelompok anti vaksin," katanya.

Pada Januari 2019 lalu, sebuah studi yang dilakukan Royal Society for Public Health (RSPH) memperingatkan bahwa media sosial adalah tempat berkembangbiaknya informasi menyesatkan dan pesan negatif seputar vaksin. Perlu lebih banyak tindakan yang diambil untuk menentang klaim tersebut. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya