Sumber :
- REUTERS/Brian Snyder
VIVAnews
- Penggiat pers dari negara-negara ASEAN dan Tiongkok menjajaki peluang kerja sama untuk mengembangkan industri media online. Upaya itu terkait dengan pesatnya perkembangan industri internet berbasis konten di kedua kawasan.
Dalam diskusi bertajuk
China-ASEAN Workshop on News Website Development and Cooperation
, di Beijing, China, Senin, 1 September 2014, mengemuka sejumlah gagasan untuk mencari format kerja sama saling menguntungkan.
Bahkan, inisiatif itu diharapkan menjadi sarana diplomasi publik bagi negara-negara di ASEAN maupun Tiongkok. "Informasi dan teknologi saat ini sangat dibutuhkan dan berkembang sangat cepat. Apalagi bila menyikapi isu global dengan segala perspektifnya," kata Liu Chang, Dekan Fakultas Jurnalistik dan Komunikasi, University of China.
Liu mengatakan, industri internet diharapkan menjadi model bagi upaya kerja sama itu, karena peluang untuk makin berkembang cukup besar. Untuk itu, dia berharap inisiatif tersebut terus dipromosikan, termasuk dengan memanfaatkan jaringan media sosial.
"Saya percaya media, khususnya
news website
di ASEAN dan China dapat merumuskan ide konstruksi jurnalistik terkait upaya kerja sama itu, sehingga dapat dijadikan sebagai sarana diplomasi publik," ujar Liu.
Selain itu, Liu menjelaskan, industri media berbasis internet dapat menjadi sarana bagi upaya mengkritisi kebijakan pemerintah. Meskipun dia menilai, berita-berita positif di sebagian negara masih menjadi harapan pemerintah.
Menyikapi gagasan kerja sama antar media online itu, sejumlah pelaku di industri tersebut menyampaikan pendapat beragam. Walaupun ide tersebut menarik dalam pengembangan media online, tapi akan sulit dalam implementasinya.
"Masing-masing negara memiliki kebijakan yang berbeda terkait media. Saya rasa tidak akan mudah," kata Chay F. Hofilena, Head Investigative Desk and Training, Rappler, Filipina.
Pendapat senada diungkapkan Serath Nguon, Chief Editor and General Manager, Cambodia Express News. Dia menilai, kerja sama media antara ASEAN-Tiongkok, penting, namun masing-masing negara memiliki perbedaan model bisnis. "Ini tidak mudah, mekanismenya nanti seperti apa," ujar Serath.
Dia menambahkan, persoalan utama nantinya adalah terkait faktor nasionalisme. Rasa kebangsaan masing-masing negara sudah pasti akan berbeda.
"Apalagi di Kamboja, sumber daya manusia di bidang media tidak banyak, demikian juga dengan kontributor," tuturnya.
Faktor lainnya, Serath menjelaskan, untuk membuka jalinan kerja sama ini akan terkendala koordinasi. Karena masing-masing pengelola media online tidak saling kenal. "Jadi diperlukan komunikasi yang efektif," ujarnya.
Namun, dia mengusulkan, dalam tahap awal bisa dilakukan dengan memberikan kolom khusus di masing-masing media online. Kolom ini yang nantinya berisikan berita-berita dari negara ASEAN dan Tiongkok.
Sementara itu, perwakilan dari Thailand, Varit Limthongku, Director of Website Operation, Manager Online, mengatakan, problem lainnya terkait upaya kerja sama itu adalah soal bahasa. Selain itu, tidak banyak sumber daya manusia yang bisa mengawasi berita yang akan ditayangkan.
Meski demikian, Deputy Chief Editor, Global Web, Tiongkok, Shi Ding menilai, upaya mencari konstruksi jurnalistik terkait gagasan kerja sama antar media online di ASEAN dan China masih terbuka. "Saya kira prospeknya bagus dan bisa saling meng-
cover
," tuturnya.
Baca Juga :
Mengatasi Myopia Booming, Langkah-Langkah Efektif Menghambat Kenaikan Mata Minus pada Anak
Baca Juga :
Pertamina Geothermal Energy Tebar Dividen Rp 2,08 T, Jajaran Komisaris dan Direksi Dirombak
Rudi Soedjarwo Ungkap Alasan Hadirnya Film Saat Menghadap Tuhan
Kehadiran film ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru serta menjadi refleksi bagi masyarakat dalam menangani berbagai isu sosial yang ada.
VIVA.co.id
30 Mei 2024
Baca Juga :