Ditemukan, Jenis Flora Baru dari Gunung Tambora

Jenis flora baru dari Gunung Tambora
Sumber :
  • VIVA.co.id/Siti Sarifah Aliah
VIVA.co.id
Usai Sepi Peminat, Pemerintah Kasih Gratis Konversi Motor Listrik
- Setelah meletus 200 tahun lalu, Gunung Tambora ternyata dipenuhi dengan banyak spesies. Tim peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan ada beberapa spesies tumbuhan baru di wilayah gunung yang memiliki ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut itu.

Biaya Ultah Cucu SYL Minta Di-reimburse Kementan, Pegawai Menolak Terancam Dimutasi

"Hasil eksplorasi di jalur Kanwinda To'I, ada koleksi sebanyak 393 spesimen tumbuhan yang terdiri 250 jenis. 13 di antaranya adalah jenis jamur-jamuraan, 8 jenis
Jaksa Sebut SYL Bayar Tagihan Kartu Kredit Ratusan Juta Pakai Uang Hasil Korupsi di Kementan
bryophyte (lumut), lima jenis lichen, 56 pteridophyte (paku), 168 gymnospermae dan
angiospermae,
termasuk beberapa juga jenis
orchidaceae
(anggrek)," ujar Arief Hidayat, tim peneliti Puslit Biologi LIPI, yang ikut dalam ekspedisi penelitian tersebut, di kantor LIPI, Jakarta, Selasa 12 Mei 2015.


Menurut dia, dari banyaknya spesimen yang ada, tim menemukan jenis baru flora dari Gunung Tambora. Jenis flora ini berasal dari suku
Gesneriaceae,
yang diduga merupakan jenis baru, sub famili
Epithemateae,
marga
Monophyllaea,
atau berdaun satu.


"Kami menduga ini jenis baru, karena selain memiliki satu daun dengan helaian yang kecil, panjangnya hanya 4 - 7 sentimeter dan lebar 3 - 5 meter, dengan tangkai pendek," ujar Arief.


Dikatakannya, dugaan tumbuhaan jenis baru ini diperkuat lewat hasil perbandingan dengan spesimen lain yang ada. Menurut Arief, spesimen lain biasanya mempunyai tangkai daun panjang yang bisa mencaapai 10-25 cm, helaian daunnya pun panjang 25 cm dan lebar 20 cm.


"Jenis ini ditemukan di Hutan Suranadi Umani, di ketinggian 230 meter di atas permukaan laut. Dia hidup di bebatuan, dan hanya punya satu daun," tutur Arief.


Dalam ekspedisi yang dilaksanakan selama 15 hari, sejak 16 hingga 30 April, jalur Kawinda To'i memang dianggap paling representatif untuk keanekaraagaman hayati.


"Dalam hal ini, sebanyak 48 orang terlibat. Banyak dari LIPI, pihak Kebun Raya Purwodadi, pihak militer yang menjalankan ekspedisi NKRI, BKSDA, dan dibantu masyarakat juga," ujar Cahyo Rahmadi, Ketua Tim LIPI.


Cahyo menuturkan, kondisi hutan di jalur pendakian Kawinda To'I masih sangat bagus. Berikut juga keanekaragaman hayati yang memenuhi wilayah ini, sehingga tidak heran jika dia menganggap Gunung Tambora bisa dimasukkan dalam kategori Taman Nasional.


"Kondisi kekayaan spesies Flora mencapai 22 spesies, dan
Elaeocarpus batudulangi
merupakan spesies endemik dari kelompok flora. Pohon itu memiliki karakteristik sebagian besar daunnya menguning daan kemudian gugur. Itu merupakan ciri umum hutan daerah kering," kata dia.




Pengakuan dunia


Ditambahkan Arief, sebenarnya penelitian mengenai koleksi tumbuhan sudah pernah dilakukan dan disusun oleh ilmuwan, Elbert pada 1909 dan Zollinger pada 1952. Penelitian yang dilakukaan LIPI dan pihak terkait lainnya dilakukan untuk sekedar melengkapi.


"Koleksi masih terbatas, jadi kami ingin melengkapi. Data terakhir tentang Gunung Tambora itu berasal dari tim kajian potensi Gunung Tambora (BKSDA). Sudah ada kajian ekologi dari semua jalur," kata Arief.


Namun begitu, terkait dengan temuan spesies baru ini, baik Arief maupun Cahyo sepakat jika harus ada pengakuan dari dunia sebelum akhirnya benar-benar menetapkan spesies itu sebagai spesies baru. Sebab, butuh waktu yang lama dan keterlibatan banyak pihak untuk mengesahkannya.


"Kami menyebutnya kandidat spesies baru, karena identifikasi butuh proses panjang dan butuh kajian lebih dalam lagi," ujar Cahyo. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya