Perusahaaan Farmasi Ini Klaim Temukan Vaksin HIV

Sumber :
  • NYTimes/Steve Parsons

VIVA.co.id - Ilmuwan selama beberapa dekade ini telah berjuang untuk menemukan vaksin HIV/AIDS. Pekerjaan itu terasa berat. Pasalnya, hingga kini belum ada yang dinyatakan sebagai vaksin penyakit mematikan tersebut.

UNICEF: Satu Anak Terinfeksi HIV Setiap 2 Menit pada 2020

Namun, ada secercah harapan dari Johnson & Johnson, sebuah perusahaan farmasi dan peralatan medis global. Studi perusahaan ini menunjukkan, ada kemungkinan penemuan mereka mampu mencegah penyebaran virus tersebut. 

Disebutkan, studi yang dilakukan Johnson & Johnson pada 12 monyet menunjukkan, setengah monyet yang diuji dengan vaksin yang dimaksud tak hanya menolak virus tapi juga memproduksi antibodi untuk melawan HIV/AIDS.

Alasan Varian COVID Omicron Banyak Diidap Pasien HIV-AIDS

"Meskipun ada perkembangan bagus dalam perawatan HIV, tapi penyakit itu tetap merupakan salah satu ancaman kesehatan global terbesar manusia. Sebab, jutaan orang terus terinfeksi penyakit ini setiap tahun," kata Kepala Ilmuwan dan Farmasi Johnson & Johnson, Paul Stoffles seperti dikutip Medicine Daily, Selasa, 7 Juli 2015. 

Stoffles mengatakan, tujuan utama perusahaannya mengembangkan studi tersebut adalah mengembangkan vaksin yang mencegah HIV pada kontak pertama. Untuk memproduksi vaksin HIV merupakan tahapan yang sulit.

3 Obat Penyakit Ganas Diklaim Sembuhkan Pasien Corona COVID-19

Tantangannya bukan hanya virus HIV/AIDS membunuh sel kekebalan tubuh saja, melainkan juga karena virus itu lihai menghindari sistem kekebalan tubuh. Kemampuan lihai lain dari virus ini adalah secara luar biasa cepat bermutasi sehingga menyulitkan sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasi.

Guna sampai pada kesimpulan tersebut, peneliti menggunakan dua pendekatan dalam pengujian kepada 12 monyet jenis rhesus dengan suntikan versi modifikasi dari flu biasa, atau disebut adenovirus 26. Virus ini dimaksudkan untuk menjadi sistem kekebalan tubuh utama mereka. Virus tersebut nyatanya bagian kecil versi HIV dari monyet, simian immunodeficiency virus (SIV).

Setelah suntikan ini diiringi dengan respons kekebalan, monyet tersebut diberi suntikan lain dengan protein dari virus yang biasanya membantunya mengelabui sistem kekebalan tubuh. Namun ditemukan saat suntikan itu dilakukan bersama-sama malah membantu mengidentifikasi dan melawan dosis besar virus. Hal itu terjadi pada 6 dari 12 monyet.

Malah kemudian beberapa monyet mulai memproduksi antibodi virus. Selanjutnya, saat peneliti menguji vaksin dengan bentuk gabungan SIV dan HIV, dikenal dengan SHIV, 40 persen monyet menjadi terlindungi.

Johnson & Johnson rencananya akan menguji coba vaksin ini pada 400 relawan manusia.

"Saya berpikir hasil mereka mengesankan. Bahkan melindungi setengah dari orang yang terkena virus. Akhirnya epidemi ini bisa diakhiri saat Anda menggunakan kombinasi dengan langkah-langkah lain," ujar Mary Marovich, Direktur Program Penelitian Vaksin pada Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya