Disentil Menko Puan, Nasir: Taman Sains Akan Dikaji Ulang

Menristek Berguru pada Habibie sebelum Gelar Harteknas
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id
Menristek Nasir Siap Bila 'Direshuffle' Jokowi
- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) M. Nasir, akan mengkaji ulang pembangunan 100 Taman Sains dan Teknologi atau Science Techno Park (STP) di Indonesia. Upaya itu sebagai respons dari sentilan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani.

Menko PMK Sentil Pembangunan 100 Taman Sains dan Tekno

"Sebenarnya kami punya 67 STP yang saat ini sedang dibangun. Dari ke-67 itu kami akan kaji ulang. Mana yang
e-Hub, Cara Tarik Minat Pemuda RI di Bidang Sains
visible , mana yang tidak. Kalau yang tidak, saya akan berhentikan. Kalau yang iya
(visible)
akan saya lanjutkan," ujar Nasir ditemui usai menghadiri Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (Kipnas) di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Kamis, 8 Oktober 2015.


Keputusan tersebut dilakukan, Nasir melanjutkan, karena ada 33 STP lainnya yang belum digarap oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi sebagai koordinator proyek nasional itu. Sebab, 100 STP diharapkan dapat rampung dibangun dalam lima tahun ke depan.


Mengenai biaya pembangunan satu STP, dia mengatakan, cukup besar. Setidaknya, lembaga atau pihak yang ingin mendirikan STP di wilayahnya harus merogoh kocek hingga Rp100 miliar.


"Satu STP itu biayanya cukup besar, kalau saya hitung itu sekitar Rp75-100 miliar untuk bisa jadi satu STP. Tapi, kami siapkan (dana) awal dulu, sekitar Rp50 miliar," ujar pria kelahiran Nganjuk itu.


Disebutkan, luas lahan untuk taman tersebut berbeda-beda sesuai dengan fokus yang akan dibangun. Apabila STP khusus pertanian, maka dibutuhkan luas 30-50 hektare. Sementara itu, STP yang menyangkut elektronika, maka area lahan seluas 10 hektare pun sudah memadai.


Nasir meyakinkan, STP memiliki banyak manfaat bagi dunia penelitian. Salah satunya agar ilmu pengetahuan yang dikenal sukar dipahami oleh masyarakat jadi mudah dipelajari. Selain itu, agar turut menjadi jembatan dari hasil riset para peneliti ke dunia usaha.


"Manfaat yang besar dari taman sains itu bahwasanya ilmu pengetahuan itu bisa dipelajari dengan mudah. Kalau
techno park
, harapannya hasil riset perguruan tinggi dan peneliti bisa dimanfaatkan dunia usaha, sehingga ada
triple helix
," tuturnya.


Soal kota percontohan dalam pembangunan STP, Nasir menyebutkan bahwa ada tiga kota yang sudah layak untuk ditiru pembangunan taman proyek itu, seperti Solo, Bengkulu, dan Bandung.


"Solo bisa jadi percontohan, kemudian Bengkulu, dan Bandung Tekno Park yang elektronik. Peneliti-peneliti ini rasio kan masih rendah. Ini (STP) akan mencari bibit-bibit anak Indonesia yang potensi untuk melakukan penelitian yang saya sebut MDSU, dari magister menuju doktor menjadi sarjana unggulan," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya