Tim Ilmuwan Klaim Sukses Terapi Gen Lawan Penuaan

Telomer Kromosom
Sumber :
  • http://cutpen.com

VIVA.co.id – Tim ilmuwan di Amerika Serikat mengklaim telah menyelesaikan terapi gen pertama untuk melawan penuaan manusia. Keberhasilan terapi gen itu akan menjanjikan dalam upaya mematangkan perlawanan atas problem penuaan manusia.

Dokter Indonesia Dapat Kesempatan Berkarier di Korea

Menurut Science Alert, Senin 25 April 2016, terapi gen yang dimaksud telah diterapkan pada tubuh Chief Executive Officer (CEO) Bioviva USA Inc., Elizabeth Parrish. Diketahui perusahaan Parrish tersebut memang selama ini menjalani pengujian terapi gen yang bisa melawan penuaan. Parrish sudah menjalani terapi gen anti penuaan itu sejak tahun lalu.

Dalam terapi itu, ada dua gen. Satu dirancang melindungi penurunan massa otot yang melekat pada penuaan sedangkan gen lainnya diproyeksikan melawan penipisan sel yang terkait penyakit usia.

Yayasan Sativa Nusantara Resmi Serahkan Policy Brief Ganja Medis

Eksperimen ini ingin membuktikan bahwa terapi gen ini aman. Sehingga, diharapkan hasil terapi gen ini akan menjadi upaya pertama yang sukses dalam melawan penuaan manusia.

Dalam menjalani terapi ini, eksperimen memanfaatkan perpanjangan telomere. Diketahui telomere merupakan segmen pendek DNA yang ada pada masing-masing ujung kromosom. Telomere akan bertindak sebagai penyangga atas sobekan penuaan alami. Dengan pembelahan sel yang berkelanjutan, telomere menjadi terlalu singkat melindungi kromosom. Nah, saat kondisi ini terjadi, akan menimbulkan kerusakan dan menyebabkan penuaan.

AS dan China Rebutan Lapak di Bulan

Terapi gen yang dijalani Parrish sejauh ini dinyatakan sukses. Sebab telomere punya kualitas yang lebih baik. Makanya terapi gen ini dianggap menawarkan solusi yang lebih baik dibanding terapi penuaan yang ada saat ini.

"Terapi saat ini hanya menawarkan keuntungan kecil bagi orang yang menderita penyakit penuaan," tulis Parrish dalam catatannya.

Sementara, ujar dia, mengubah gaya hidup hanya memberikan dampak terbatas bagi penderita penyakit tersebut. Bagi dia, kemajuan dalam bioteknologi akan menjadi solusi terbaik dan jika hasil tersebut akurat maka akan menjadi sebuah terobosan.

"Jika itu akurat, kita akan membuat sejarah," kata Parrish.

Soal kesuksesan terapi gen yang dijalani Parrish, diukur dari berapa skor telomere usai menjalani terapi tersebut. Skor itu didasarkan pada panjang telomere dalam sel darah putih. Semakin tinggi skor telomere mengindikasikan sel yang makin muda.

Nah, setelah terapi, sel darah putih Parrish dibandingkan dengan milik warga Amerika lain yang punya umur kisaran 44 tahun, usia yang sama dengan Parrish. Hasil perbandingan menunjukkan terapi gen tersebut bekerja dan telomere Parrish mampu melawan 20 tahun pemendekan telomere.

Meski disebutkan telah berhasil dan menjanjikan, terapi gen tersebut masih memerlukan pengujian kembali dan verifikasi metode, apakah benar-benar teruji atau tidak.

Peneliti mengatakan perlu juga Bioviva memantau darah Parrish dengan seksama selama beberapa bulan, beberapa tahun ke depan. Hal itu memastikan kesuksesan terapi gen itu terjadi pada sel darah putih dan menjalar ke jaringan tubuh lain.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya