Peta Lalu Lintas Ini Bantu Tunanetra Seberangi Jalan Raya

Ilustrasi penanda lalu lintas tunanetra
Sumber :
  • www.pixabay.com/pixcarraldo

VIVA.co.id – Orang-orang di kota-kota besar berani mengambil risiko berbahaya tiap kali menyeberang jalan raya. Di kota besar New York misalnya, menurut data yang dihimpun oleh pemerintah setempat, sejak 2006 angka kematian pejalan kaki berada di posisi tertinggi dari seluruh jenis kecelakaan yang terjadi kota terpadat itu. 

Raditya Arief, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cumlaude UI dengan IPK 3,85

Selama musim panas, ahli teknologi Touch Graphics, perusahaan pembuat teknologi navigasi yang menggabungkan informasi dari panca indera, bekerja sama dengan New York Department of Transportation untuk menguji peta taktil.

Peta ini merupakan penunjuk jalan yang dioperasikan dengan indera peraba. Peta tersebut memuat diagram tiga dimensi dan huruf braille yang dipasang di setiap persimpangan jalan yang sibuk. Khususnya, taktil disediakan pemerintah di seluruh fasilitas penunjang untuk tunanetra.

Top Trending: Mengenal Ponpes Tajul Alawiyyin, Penampilan Terkini Pemeran Utama The Godfather

Presiden Touch Graphics Steven Landau mengatakan, proyek ini merupakan inisiatif Pemkot untuk menghilangkan korban jiwa pejalan kaki. Apabila percobaan berhasil, peta taktil bisa dipasang pada semua lampu lalu lintas di New York, di mana jumlahnya mencapai 13 ribu unit.

Landau menyebutkan, peta semacam ini sangatlah penting, karena tata letak jalan yang semakin kompleks dapat mempersulit pejalan kaki tunanetra. Terlebih mereka tidak begitu mengetahui apa yang akan mereka temukan setelah tidak lagi berada di trotoar.

Viral Tunanetra Nabrak Baliho Caleg yang Dipasang di Trotoar

"Teknologi ini telah diuji coba di Denmark dan Swedia, namun untuk wilayah Amerika Utara uji coba baru diberlakukan di New York. Setelahnya, test drive akan dilakukan di San Francisco dan Toronto," ujar Landau, dikutip dari Scientific American, Rabu, 12 Juli 2107.

Landau menjelaskan peta taktil terbuat dengan mencetak sinar ultraviolet. Tinta dicetak di permukaan, lalu dilewatkan di bawah sinar ultraviolet yang menjaganya sebelum kering karena suhu udara.

Meski dalam proses ini memungkinkan tinta tadi sedikit menyebar, akan tetapi hasil akhir yang didapat dinilai sangat detail, sehingga mampu menciptakan grafis tajam dan cukup jelas untuk dirasakan melalui sentuhan.

Setiap peta menggunakan bentuk 3D dan warna terang, serta kontras yang mencolok untuk menggambarkan salah satu dari delapan kemungkinan perspektif seseorang saat melintasi persimpangan.

Tanda lingkaran yang menunjukkan keberadaan pejalan kaki akan berlabel ‘Anda ada di sini’ dan tertulis dalam huruf braille dan teks standar menunjukkan titik awal pejalan kaki. Sementara garis putus-putus menunjukkan jalan yang harus ditelusuri. Bentuk oval melambangkan kendaraan, dengan panah terangkat di salah satu ujung masing-masing ‘mobil’ untuk menunjukkan arah lalu lintas di jalur yang diberikan. Serangkaian bar hitam mewakili jalur sepeda, median disesuaikan untuk menunjukkan bentuk sebenarnya.

Sile O'Modhrain, yang mempelajari teknologi haptic di University of Michigan dan tidak terlibat dalam proyek tersebut, menganggap peta ini bisa mengubah kehidupan. O'Modhrain, yang buta, mengatakan persimpangan yang rumit di Ann Arbor, Michigan, membatasi pergerakannya.

"Saya pikir alat ini adalah ide yang fantastis karena ketika Anda tiba di persimpangan jalan, selalu sulit untuk mengetahui berapa banyak jalur lalu lintas yang harus Anda tempuh," ucapnya.

Meskipun dia bisa mendengar suara lalu lintas dan dapat merasakan dari mana asalnya, O'Modhrain menyebutkan, pelabelan jalur balik bisa menjadi fitur yang berguna.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya