Potensi Nuklir untuk Terapi Kanker di Indonesia

Ilustrasi sel kanker.
Sumber :
  • Pixabay/skeeze

VIVA – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Badan Tenaga Nuklir Nasional, atau Batan sedang mengembangkan metode baru terapi kanker melalui teknologi Boron Neutron Capture Technology, atau BNCT.

Dua Warga Terpapar Zat Radioaktif, Bapeten: Cesium Luruh Dalam 70 Hari

Teknologi ini berupaya menyembuhkan kanker dengan menembakkan neutron hasil reaksi nuklir ke senyawa boron ke tubuh penderita kanker.

Teknologi ini membunuh sel kanker lewat metode terapi radiasi dengan tangkapan neutron dari atom boron terendap di sel kanker. Dengan metode ini diyakini tidak menimbulkan efek samping seperti kemoterapi.

Area Terkontaminasi Nuklir di Serpong Disterilisasi

Kepala Batan, Djarot S. Wisnubroto mengatakan, ada tantangan tersendiri dalam menerapkan BNCT. Dia mengatakan, sampai saat ini belum ada aturan mengenai reaktor riset bisa digunakan untuk manusia.

"Butuh waktu untuk kita teliti, dan itu akan ada tantangan tersendiri mencoba ke pasien. Itu mungkin semacam kode etiknya harus disusun, dan sebagainya, maka saya boleh katakan itu (BNCT) jangkanya masih panjang," ujar Djarot, usai peluncuran Iradiator Gamma Merah Putih dan Laboratorium Radioisotop dan Radiofarmaka, di Serpong, Tangerang Selatan, Rabu 15 November 2017.

Kepala BATAN Baru Siap Wujudkan Iptek Nuklir

Djarot menjelaskan, BNCT memanfaatkan reaktor untuk menghasilkan neutron. Kemudian neutron terkena boron, dan selanjutnya boron nantinya akan mengeluarkan senyawa alfa, yang akan menghancurkan zat-zat di otak.

"Idenya seperti itu. Itu relatif baru di Indonesia, kalau diuji coba ke manusia, itu aturannya cukup ketat. Bahkan di negara-negara lain, reaktor tidak boleh terkena manusia," ungkap Djarot.

Tim Batan dan Bapeten di lokasi temuan paparan tinggi radioaktif di Tangerang.

Polisi Duga Pegawai Batan Penyimpan Radioaktif Jual Jasa Dekontaminasi

Sejumlah zat radioaktif yang ditemukan radiasinya mulai menurun.

img_title
VIVA.co.id
2 Maret 2020