Belalang Setan Serang Gunungkidul

Ilustrasi belalang.
Sumber :
  • digitale-naturfotos.de

VIVA – Ribuan belalang setan (aularches miliaris) yang beracun menyerang lahan pertanian di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Jawa Tengah, dalam dua pekan terakhir.

Ahli Nuklir UGM Jadi DPO Kasus Penggelapan Rp 9,2 Miliar, Begini Kronologinya

Sedikitnya 3.000 meter persegi lahan milik petani rusak akibat serangan tersebut. Selain menyerang lahan pertanian milik warga setempat, belalang setan juga mengeluarkan racun yang membuat petani yang terkena gigitan menjadi gatal-gatal.

Hama belalang setan merusak tanaman milik petani dengan memakan daun. Sejumlah tanaman yang rusak di antaranya tanaman jagung, kelapa, pohon jati maupun tanaman jenis lainnya. Kondisi ini membuat para petani resah dan merugi.

Pimpinan Jemaah Aolia Ternyata Sempat Kuliah di Fakultas Kedokteran UGM

Tiga peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta langsung turun ke lapangan dan berhasil mengidentifikasi hasil temuannya ini.

Ketiganya adalah Soenarwan Hery Purwanto, Hari Purwanto dan Sudaryadi, yang melakukan penelitian di wilayah perbatasan Karangrejek dan Baleharjo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul pada Rabu, 23 Januari 2018 kemarin.

Sosok Pemimpin Jemaah Aolia Gunungkidul yang Ngaku Telponan Sama Allah

“Kedua wilayah ini paling terdampak kena serangan hama belalang setan. Tapi masih bersifat lokal,” kata salah satu peneliti Fakultas Biologi UGM, Sudaryadi, di Yogyakarta, Jumat, 26 Januari 2018.

Selain itu, ia juga menemukan fase dewasa maupun pra dewasa belalang setan dalam jumlah cukup banyak pada satu lahan tanaman rumput kalanjana.

Namun, tidak ditemukan di tempat lain yang berjarak 500 meter dari titik beradanya belalang setan. Kendati demikian, Sudaryadi mengimbau warga untuk tetap waspada.

Sebab, masih banyak serangga yang berada dalam fase pra dewasa. “Artinya, belalang setan masih akan mudah dijumpai dalam beberapa minggu ke depan sehingga perlu dilakukan pemantauan secara periodik,” jelasnya.

Belalang dengan sayap berwarna hijau dengan bercak kuning ini memiliki siklus hidup relatif lama dibandingkan dengan jenis belalang lainnya. Bergerak aktif di malam hari dengan pergerakan yang lambat.

“Jika perlu dilakukan pengendalian maka bisa dilakukan dengan menangkap secara manual,” tuturnya. Saat ini peneliti Fakultas Biologi UGM juga tengah melakukan pengamatan preferensi pakan belalang setan.

Langkah tersebut tidak hanya untuk mengetahui kemungkinan ledakan hama, tetapi juga penentuan habitat yang disukai untuk peletakan telur dan kemungkinan memperoleh predator alami dari belalang setan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya