Indonesia Jadi Sarang Akun Palsu Facebook

Logo aplikasi media sosial Facebook.
Sumber :
  • REUTERS/Thomas White

VIVA – Facebook mengungkapkan Indonesia termasuk salah satu negara penyumbang dan sarang akun palsu terbesar Facebook. Data itu terungkap dalam laporan tahunan terakhir Facebook yang dirilis Desember tahun lalu. 

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

Dikutip BGR, Rabu 7 Februari 2018, dalam laporan tersebut, media sosial populer dunia itu mengungkapkan pada akhir Desember 2017, ada 200 juta akun palsu Facebook. Negara yang berkontribusi dalam ratusan juta akun palsu Facebook itu di antaranya yakni India, Indonesia, dan Filipina. 

"Dalam kuartal terakhir 2017, kami mengestimasikan akun duplikat telah mewakili sekitar 10 persen dari pengguna aktif bulanan kami," jelas Facebook dalam pengumuman di laporan tahunan tersebut.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Facebook mendefinisikan akun duplikat merupakan akun yang dikelola pengguna selain akun utamanya. Sedangkan akun palsu dibagi menjadi dua kategori yakni akun pengguna untuk entitas selain manusia dan akun yang tak diinginkan, untuk tujuan melanggar ketentuan komunitas Facebook.

Facebook menuturkan, akun duplikat atau akun palsu tumbuh subur di pasar negara berkembang, di antaranya India, Indonesia, Filipina. Fenomena akun palsu itu berbeda dengan aku palsu di negara maju. 

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Sosial media Facebook

Media sosial besutan Mark Zuckerberg itu merinci, pengguna aktif bulanan Facebook per 31 Desember 2016 yaitu 1,86 miliar. Dari jumlah tersebut, 114 juta adalah akun duplikat atau 6 persen dari 1,86 miliar pengguna aktif bulanan tersebut. 

Sedangkan data per 31 Desember 2017, rata-rata pengguna aktif bulanan Facebook mencapai 2,1 miliar, naik sebesar 14 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.  

"Perkiraan akun duplikat dan akun palsu didasarkan pada tinjauan internal atas sampel akun yang terbatas. Dan kami memberi penilaian yang signifikan dalam membuat keputusan ini," jelas Facebook. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya