Hati-hati, Pikir Sebelum Share ala Anak Zaman Now

Ilustrasi penggunaan smartphone.
Sumber :
  • www.pixabay.com/Skitterphoto

VIVA – Banyaknya pengguna media sosial di kalangan anak sekolah, atau keren disebut anak zaman now, mendorong Facebook dan YCAB Foundation membuat pelatihan dan kampanye Think Before You Share. Dua tahun lalu mereka bekerja sama dengan komunitas sosial media antiperisakan daring bernama Sudah Dong.

10 Problematika Hidup yang Dialami Remaja Masa Kini

Tahun ini mereka bersama organisasi bernama Do Something mengundang 100 siswa sekolah menengah atas dari seluruh Indonesia untuk mengikuti acara yang dilakukan di Jakarta ini.

"Program ini sudah ada sejak dua tahun lalu, diselenggarakan di 7 kota di Indonesia. Tujuannya agar remaja Indonesia memiliki kemampuan dasar dan akses ke sumber referensi yang mereka butuhkan untuk turut berkontribusi dalam menciptakan pengalaman online yang positif, serta bijak dalam membuat keputusan mengenai informasi apa yang dapat mereka bagikan secara online," jelas Head of Community Affairs APAC Facebook, Clair Deevy ditemui di Jakarta, Selasa 27 Februari 2018. 

Pasien Sering Googling Informasi Ini Sebelum ke Rumah Sakit

Pengguna Facebook.

Clair menuturkan, selama 6 bulan terakhir kampanye ini sudah berhasil melatih 11 ribu siswa dalam kampanye secara offline. Untuk kampanye secara online, sudah mencapai 15 juta interaksi di Facebook dan Twitter. 

Riset: Pelajar Indonesia, Pengguna Teknologi Tertinggi di Dunia

Dalam acara yang berlangsung dua hari ini, siswa-siswa tersebut diajak berdiskusi soal literasi digital. Termasuk juga membedakan antara opini dan fakta dalam berbagi informasi di media sosial. Selain itu belajar untuk berempati saat posting status, melihat apakah akan ada yang tersakiti karena postingan tersebut. 

"Kami percaya bahwa remaja memiliki kemampuan untuk memberi kontribusi positif pada komunitas mereka," ujar Senior Program Specialist Do Something Indonesia, Demas Ryan. 

Media sosial Twitter

Siswa SMA yang mengikuti kampanye ini adalah siswa kelas 2 dan 3, yang dirasa paling banyak menggunakan media sosial dibandingkan anak-anak yang umurnya lebih muda. Mereka juga akan diajarkan lebih berhati-hati dan memahami pola pikir yang ideal sebelum membagikan suatu informasi. Diharapkan setelah acara ini, mereka bisa mengimplementasikan serta membagikan ilmunya pada lingkungan sekitar mereka.

"Supaya anak-anak ini pulang bantu kita sebagai perpanjangan tangan. Bisa cerita ke teman-temannya lagi apa yang mereka lakukan di sini," kata Demas. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya