Teori Baru, Bulan Lahir dari Pusaran 'Donat'

Ilustrasi Bulan lahir dari pusaran kosmik berbentuk donat
Sumber :
  • www.nbcnews.com/Sarah Stewart/NASA rendering /UC Davis.

VIVA – Tim gabungan dari Universitas Harvard mengumumkan teori baru soal pembentukan Bulan. Tim ini mengatakan Bulan terbentuk di dalam penguapan batu raksasa berbentuk donat yang berputar.

Studi: Anak Lahir di Bulan September Diklaim Lebih Cerdas

Objek berbentuk donat itu muncul sebagai dampak tumbuhan antara benda langit dan Bumi. Teori itu menyampaikan Bulan, terbentuk di dalam materi berbentuk donat tersebut.

Teori ini menunjukkan, di masa lalu terjadi tabrakan raksasa yang menghancurkan Bumi. Tabrakan ini menggelembungkan awan batuan menguap berbentuk donat raksasa. Di dalam pusaran kosmis donat itu terbentuklah Bulan. Teori ini disebut dengan sinestia.

Bumi Punya Dua Bulan, Bagaimana Dampaknya?

Dikutip dari NBCnews, Senin 5 Maret 2018, teori baru ini membantah teori populer pembentukan Bulan yang sudah lama diyakini yakni teori Theia. 

Dalam teori populer itu, Bulan lahir diawali dari tumbukan Bumi dengan objek seukuran Planet Mars, dinamakan Theia. Tumbukan itu mengeluarkan bagian mantel Bumi yang berupa batuan cair dan logam, meninggalkan Bumi. Seiring waktu, materi mantel Bumi dan puing tumbukan bergabung membentuk Bulan. 

Terungkap, Bulan Menyimpan Banyak Air

Ilustrasi Bumi dan Bulan.

Tim ilmuwan Universitas Harvard melihat teori Theia punya kelemahan yang mendasar. Dalam simulasi komputer, tim menemukan ada yang lemah dalam teori Theia. Peneliti mengatakan, seharusnya jika Bulan lahir dari tumbuhan Bumi dan Theia, maka komposisi Bulan berbeda dengan Bumi. 

"Bumi punya komposisi yang sangat khas. Jika Anda melihat elemen pembentuk batuan utama, Bulan terlihat persis sama dengan Bumi," ujar peneliti Universitas Harvard yang terlibat dalam studi itu, Simon Lock. 

Sementara itu, teori yang ditawarkan tim Universitas Harvard, yakni Bulan terbentuk di dalam Bumi yang menguap, bisa menjelaskan komposisi Bulan dan Bumi saat ini.

Salah satu rekan penulis studi itu, Sarah Stewart mengatakan, teori sinestia merupakan pemikiran satu dekade yang intens mendalami proses pembentukan Bulan. Namun, peneliti menyadari masih ada penelitian lebih lanjut untuk mematangkan teori ini. 

"Kami mempublikasikan ini untuk mengatakan inilah cara kami melakukan dengan cara baru. Inilah mengapa kami berpikir mengarahkan pada cara yang baru," tuturnya. 

Ilustrasi Bulan

Teori sinestia ini mendapat sorotan dari peneliti pembentukan Bulan. Pakar geofisika Universitas California Los Angeles, Paul Warren mengakui teori sinestia memang menawarkan gagasan yang inovatif, tapi ada keterbatasan. 

Menurut Warren, jika menganut teori itu, Bulan terbentuk perlu dampak yang sangat raksasa.

"Meskipun hal itu masuk akal, saya yakin beberapa pakar pertumbuhan planet yang lain tak begitu yakin dengan teori itu," tutur Warren. 

Senada, pakar geokimia isotop Universitas Gottingen Jerman, Andreas Pack pesimistis dengan teori Bulan terbentuk di dalam pusaran donat tersebut. 

“Modelnya sangat rumit dan makin rumit modelnya, semakin mudah menyesuaikan model itu untuk menjelaskan apa pun," kata dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya