- VIVA.co.id/Purna Karyanto
VIVA – Menjadi pendukung Bumi Datar memang penuh di tengah populernya teori Bumi Bulat atau Bumi Bola, memang penuh tantangan.
Co-Founder FE101 Community, Ibrahim Lathini Kadir mengaku sudah biasa menjadi bahan cibiran lingkungan sekitar karena meyakini bentuk Bumi itu datar. Cibiran menjadi orang gila masih terlontar dari mulut atasannya, sampai saat ini. Namun pria yang akrab disapa Ibam tak surut langkah. Baginya meyakini bumi datar bukanlah aib, hal yang biasa. Layaknya berbeda pendapat terhadap sebuah perspektif.
Ibam juga merasa gagasan Bumi Datar bukanlah aliran sesat maupun hoaks yang dilarang, untuk itu dia nyaman menjadi pendukung Bumi Datar.
Sebagai pendiri salah satu komunitas Bumi Datar Indonesia, Ibam menuliskan perjalanan kehidupannya sampai berlabuh sebagai pendukung Bumi Datar cukup panjang.
Dalam memoarnya, Ibam mengaku tiga tahun mengkaji kebumidataran, dan setelahnya setahun lebih mulai menerima teori Bumi Datar karena banyak masuk akal. Setelah tiga tahun mengkaji kebumidataran, dia juga bergaul bersama kelompok Bumi Datar dan akhirnya mendirikan komunitas tersebut.
Awal mengkaji Bumi Datar, Ibam merasa ide atau gagasan teori ini bertentangan dengan ajaran keyakinannya. Dia awalnya menuding dan menilai Bumi Datar anti-Islam. Namun setelah sedikit demi sedikit mengkajinya, dia menemukan ada kenalaran dalam teori tersebut. Dari anti menjadi cinta.
"Justru setelah mengkaji lebih dalam, banyak sekali hipotesa para pemerhati teori bumi datar ini yang selaras dengan Islam, sebagai contoh ayat hambaran, garis edar Matahari, Bulan dan Bumi rata," jelas Ibam dalam memornya dikutip Kamis 8 Maret 2018.
Selama mengkaji dan akhirnya menemukan pengetahuan baru teori Bumi Datar, Ibam makin mengetahui tujuan dari perjuangan kelompok Bumi Datar, yang sederhana. yaitu mengkritisi anomali pada teori Bumi Bola, niatan meruntuhkan kejahatan besar dari pemaksaan Bumi Bola oleh organisasi elit atau badan antariksa, dan meneguhkan realitas bahwa nyatanya Bumi memang datar.
"Space program menyerap anggaran dari harta-harta manusia yang ditarik melalui pajak-pajak," tulisnya.
