Kisah Astronom Indonesia Berhubungan dengan Stephen Hawking

Ahli Fisika dan Kosmologi, Stephen Hawking Meninggal Dunia
Sumber :
  • REUTERS/Toby Melville

VIVA – Meninggalnya fisikawan teoretis Stephen Hawking disambut duka oleh dunia. Ilmuwan Indonesia juga merasakan hal yang sama. Diam-diam, Hawking sudah terhubung dengan Indonesia.

Deretan Ramalan Ilmuwan tentang Kiamat

Astronom ITB, Premana Wardayanti Premadi mengatakan, dua pekan sebelum sang fisikawan meninggal, dia dijadwalkan bertemu dengan Hawking di Cambridge, Inggris. Tujuan astronom Indonesia itu bertemu Hawking adalah untuk berdiskusi tentang Amythropic Lateral Schlerosis (ALS), penyakit langka yang disandang sang fisikawan. Astronom yang akrab dipanggil Nana itu, juga menyandang penyakit yang sama dengan Hawking. 

"Yang mulai (mengajak bertemu) adalah saya. Saya punya penyakit yang sama, ALS. Saya juga mendirikan Yayasan ALS di Indonesia. Penyakit ini masih belum banyak dikenal di sini," ujar Nana kepada VIVA, Kamis 15 Maret 2018. 

5 Ilmuwan Tidak Percaya Tuhan, Anggap Primitif dan Takhayul

Astronom perempuan Indonesia itu mengatakan, jadwal pertemuannya dengan Hawking sudah diatur pada dua pekan terakhir pada Februari 2018. Sayangnya, karena kondisi Hawking saat itu kurang baik, tim medis menyarankan Hawking tak bisa terima tamu. Nana batal berdiskusi dengan Hawking.

Nana mengaku informasi pertemuan dengan Hawking memang hanya beredar khusus di kalangan terbatas. Hal ini untuk menjaga kepribadian Hawking. 

4 Ilmuwan Mempengaruhi Dunia, Bukan Hanya Stephen Hawking

Stephen Hawking.

Nana mengatakan, merasa miris dengan perhatian ALS di Indonesia, sebab banyak orang muda tanah air menyandang penyakit ini.

"Ada beberapa yang muda usia 20-an (kena ALS), seperti Hawking," ujar doktor jebolan The University of Texas, Austin, Amerika Serikat itu. 

Untuk itu, dia membutuhkan berbagi pengalaman dengan Hawking dan niatannya membujuk Hawking untuk memberi dorongan kepada penyandang penyakit ALS di Indonesia. 

"Tujuan saya ketemu Hawking supaya dia bisa memberikan pesan semangat. Agar yang kena penyakit ini tetap semangat hidup. Kalau masih muda kena ini, lama-lama bisa patah semangat," jelas Nana yang namanya diabadikan pada asteroid. 

Dia berpikir, dengan pesan semangat Hawking untuk penyandang ALS di Indonesia, bisa membantu mendongkrak pasien ALS. Menurutnya, Hawking bisa bertahan beberapa dekade dengan penyakit ALS, karena gelora semangat dan dukungan lingkungannya. 

"Semangat harus didongkrak. Hawking bisa bertahan karena semangat dan dukungan medisnya. Dan untuk itu yang bersangkutan (penyandang ALS) harus mau (bangkit)" tuturnya. 

Penyandang ALS, menurut Nana, harus meneladani keteguhan mental Hawking. Dia mendorong penyandang ALS dan keluarga serta orang terdekatnya bisa memompa semangat. 

"Pikirkan, saya (penyandang ALS) bisa kontribusi apa, bisa mikir apa, saya harus bisa fokus pada hal yang saya bisa," ujar Nana mendorong semangat penyandang ALS. 

Selain berbicara tentang penyakit ALS, Nana mengatakan rencananya saat bertemu dengan Hawking, dia ingin berdiskusi soal kosmologi, bidang ilmu pengetahuan yang melambungkan nama Hawking. 

"Ada banyak hal yang disepakati untuk didiskusikan (dengan Hawking). Bahan sudah disiapkan, Hawking tinggal jawab. Beliau orang besar," ujar Nana. 

Ahli Fisika dan Kosmologi, Stephen Hawking saat bersama istri

Hawking menyandang ALS yang juga dikenal sebagai penyakit saraf motorik atau Lou Gehrig's disease, yang membuatnya lumpuh secara bertahap selama beberapa dekade terakhir. 

Hawking pertama kali didiagnosis menderita penyakit ini saat berusia 21 tahun pada 1963. Saat itu dokter mengatakan harapan hidupnya hanya tinggal dua tahun. Tapi tak disangka dia bisa bertahan hidup hingga umur 76 tahun.

ALS adalah penyakit saraf langka yang menyerang sel-sel saraf atau neuron yang bertanggung jawab untuk mengontrol pergerakan otot voluntary. Otot-otot voluntary sendiri memproduksi gerakan seperti mengunyah, berjalan dan berbicara. Penyakit ini termasuk penyakit yang progresif, artinya gejala-gejalanya akan semakin buruk seiring berjalannya waktu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya