Pengguna Telegram Tembus 200 Juta, Durov Sindir Facebook

Logo aplikasi Telegram.
Sumber :
  • REUTERS/Dado Ruvic

VIVA – Aplikasi Telegram telah mencapai 200 juta pengguna aktif dalam satu bulan terakhir. Inilah yang dikabarkan oleh pendirinya, Pavel Durov, dalam blog resmi Telegram, Senin, 26 Maret 2018.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

"Dalam 30 hari Telegram dipakai oleh 200 juta orang. Ini angka yang luar biasa untuk berbagai standard. Jika Telegram adalah negara, maka ia bisa menjadi negara terbesar nomor 6 di dunia," kata Durov.

Ia tak lupa untuk memberikan apresiasi pada penggunanya dalam pernyataan tersebut. Durov mengatakan bahwa perusahaan yang dibentuknya tidak menggunakan iklan sebagai media promosi, namun berkat user-nya yang menjadi tim marketing, maka angka 200 juta bisa diraih.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

Kedatangan CEO Telegram Pavel Durov disambut Menkominfo Rudiantara.

Selama lima tahun sejak didirikan, Telegram selalu membuat orang-orang untuk percaya kepada mereka. Perusahaan aplikasi itu juga berusaha untuk memberikan yang terbaik pada pengguna.

Puluhan Pelaku Kejahatan Diciduk Polres Depok, 2 di Antaranya Tega Bacok Korban

Salah satunya dengan membuat fitur-fitur yang tidak ada di kompetitor lain, seperti grup chat dengan kapasitas anggota yang besar, kanal broadcast yang tak terbatas, serta stiker gratis bagi pengguna.

Keamanan data juga disinggung Durov. Menurutnya, pengguna, yang dianggap sebagai penolong Telegram untuk meraih angka 200 juta, dikatakan sebagai prioritas mereka sehingga tidak pernah membuka data pribadi para penggunanya kepada pihak ketiga.

Hal ini sepertinya mengacu pada skandal besar yang melibatkan jual beli 50 juta pengguna Facebook minggu lalu.

Facebook.

"Inilah mengapa Anda, pengguna kami, telah dan akan selalu menjadi prioritas. Tidak seperti aplikasi populer lainnya, Telegram tak memiliki pemegang saham atau iklan yang harus dilaporkan," kata Durov, seraya menyindir Facebook.

Ia mengaku jika Telegram tidak membuat kesepakatan dengan pemasaran, penambang data, atau pihak pemerintah manapun.

"Sejak hari pertama kami meluncur ke publik bulan Agustus 2013, kami tidak pernah membuka satu byte-pun dari data pribadi pengguna kami kepada pihak ketiga," paparnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya