Asal Usul Bocornya 1 Juta Pengguna Facebook Indonesia

Rapat dengar pendapat Facebook dengan DPR
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia, Ruben Hattari mengungkapkan bagaimana dugaan kebocoran data akun Facebook ini bisa terjadi. Ia menyebutkan persoalan ini lantaran adanya pengembangan aplikasi kuis oleh peneliti Cambridge Analytica, Aleksandr Kogan.

Menerapkan Perlindungan Data Pribadi Bukan Tugas yang Mudah

"Pada 2013, aplikasi ‘thisisyourdigitallife’ dikembangkan peneliti bernama Dr Aleksandr Kogan. Ia bukan dan tak pernah menjadi karyawan Facebook," kata Ruben dalam Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi I di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 17 April 2018.

Ia menuturkan, saat mengembangkan aplikasi tersebut Kogan merupakan akademisi di Cambridge University. Aplikasi yang dikembangkan Kogan itu menggunakan platform Facebook atau fitur Facebook Login.

Taliban Plans to Block Facebook Access in Afghanistan

"Facebook Login memungkinkan pengembang aplikasi pihak ketiga meminta persetujuan dari pengguna aplikasi Facebook agar bisa mengakses kategori data tertentu yang dibagikan pengguna tersebut dengan teman Facebook mereka," kata Ruben.

Ia menegaskan, Facebook sebenarnya tegas melarang penggunaan dan pengiriman data yang dikumpulkan dengan cara ini dengan tujuan lain. Sementara, data yang didapatkan Kogan dari aplikasi yang dikembangkan diberikan pada firma analisis data politik, Cambridge Analytica.

Taliban Akan Blokir Akses Facebook di Afghanistan

"Facebook tidak memberikan izin atau menyetujui pemindahan data tersebut. Hal ini merupakan pelanggaran kebijakan platform Facebook," kata Ruben.

Vice President and Public Policy Facebook Asia Pacific, Simon Milner (kanan)

Vice President of Public Policy Facebook Asia Pasific, Simon Miller (batik biru)

Akhirnya, Facebook pun menangguhkan akses aplikasi tersebut untuk menggunakan Facebook Login. Lalu mereka menuntut perusahaan Kogan, Global Science Research Limited (GSR) untuk menyerahkan data yang terkumpul dan menghapusnya.

"Aplikasi tersebut tak mendapatkan informasi akun yang sensitif seperti password atau informasi finansial. Pengembang aplikasi pihak ketiga hanya memiliki akses data ke orang yang telah mengunduh aplikasi dan memberikan akses datanya," kata Ruben.

Dalam konteks Indonesia, ia menyebutkan, ada 748 orang di Indonesia memasang aplikasi kuis sejak November 2013 sampai 17 Desember 2015. Karena Cambridge Analytica mengakses teman dari 784 pengguna itu, sehingga Facebook belakangan menemukan ada 1.095.918 pengguna Facebook di Indonesia, berpotensi terkena dampak.

"Sehingga total 1.096.666 orang di Indonesia yang terkena dampak," kata Ruben.

Ia menegaskan, tak pernah ada kebocoran data dari sistem Facebook. Sehingga dalam persoalan ini, pihak ketiga bukan menembus sistem Facebook atau lolos dari perangkat pengamanan data yang dimiliki.

"Kejadian ini bentuk pelanggaran kepercayaan dan kegagalan kami melindungi data pengguna. Kami mohon maaf atas kejadian tersebut," kata Ruben.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya